Pengusaha Mulai Cemas dan Bimbang

Kebiasaan-Pengusaha

JAKARTA. Pengusaha muali bimbang dan waswas menjalankan bisnisnya tahun ini. salah satu penyebabnya adalah naiknya suhu politik menjelang pemilihan kepala daerah serta “konflik” elit politik yang tiada berkesudahan.

sinyal kecemasan pengusaha itu tampak pada penurunan indeks bisnis yang dihelat Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). kuartal I-2017, indeks tendensi bisnis turun jadi 105,81, dibanding kuartal IV-2016 yang sebesar 106,7. Sementara indeks tendensi konsumen cenderung naik (lihat grafik).

memang, secara umum, pengusaha masih melihat potensi kenaikan bisnis pada kuartal awal tahun ini. sebab, angka indeks tendensi di atas 100 menunjukan peluang kenaikan bisnis pada bulan-bulan mendatang.”pembisnis berharap, domestik dan ekspor tumbuh,” kata suhariyanto, kepala BPS, kemarin.

Hariyadi Sukamdani, ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), menilai, sumber kecemasan pembisnis lebih antara lain bersumber pada kegaduhan pemilihan kepala daerah (pilkada). “jika usai pilkada, tendensi pelaku bisnis lebih jelas dan kredibel,” ujar haryadi kepada KONTAN , Senin (6/2).

Pilkada menimbulkan persepsi negatif. saban hari masyarakat disuguhi persaingan politik dan perang opini. “pilkada membuat pengusaha waswas dan memilih wait and see, “ujar Charles Saerang, pengusaha jamu.

penyebab keraguan lainnya bersumber dari pelemahan daya beli, proyek infrastruktur pemerintah yang berjalan lambat, serta pro-kontra kebijakan ekonomi Presiden Amerika Donald Trump. “Faktor global membikin ekspor kita turun,” kata Hariyadi.

Tutum Rahanta, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), menyayangkan kegaduhan politik yang berkepanjangan karena bisa memperkeruh situasi makro ekonomi tahun ini yang cenderung membaik. “kami berusaha yakin, masa sulit ini akan berlaku,”kata Tutum.

Sebagai catatan, ekonomi Indonesia memang mulai menggeliat. lihat saja, tahun 2016, ekonomi Indonesia tumbuh 5,02%, di atas pertumbuhan ekonomi tahun 2015 yang berbeda di level 4,88%.

Gubernur BI Agus Martowardojo menyatakan, ekonomi Indonesia tahun lalu bisa tumbuh lebih tinggi jika saja belanja pemerintah lebih agresif pada kuartal IV-2016. sayang, ” pertumbuhan kuartal IV-2016 hana 4,97% karena pengeluaran pemerintah tertahan akibat pemotong anggaran,”ujarnya.

tahun ini, BI memproyeksikan ekonomi bisa tumbuh dalam kisaran 5%-5,4% atau di atas tahun lalu. saratnya, politik stabil, pilkada berjalan aman, dan pemerintah lebih agresif memacu belanjanya. jangan lupa pula, daya beli masyarakat harus dijaga.

Sumber: Harian Kontan, selas 7 febuari 2017

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Artikel

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar