
JAKARTA. Pelemahan harga minyak dunia turut menyeret batubara. Selasa (7/2), harga batubara kontrak pengiriman Maret di ICE Futures Exchange terkikis 1,67% menjadi US$ 70,65 per metrik ton. Bahkan dalam sepekan, harganya anjlok 2,98%.
Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, sejak awal tahun 2017, harga komoditas energi, termasuk batubara, sedang berada dalam tren konsolidasi. Memang, dibandingkan dengan komoditas lainnya, harga si hitam ini masih lebih baik. “Tahun lalu batubara dianggap sebagai bintang karena menguat signifikan namun saat ini belum ada penggerak yang mampu memperkuat harga,” jelas dia, Rabu (8/2).
Harga batubara saat ini dinilai Wahyu sudah berada di titik seimbang, walau masih rentn terkoreksi. Sekedar mengingatkan, saat ini pemerintah China tengah menahan produksi batubara, ditengah minimnya permintaan.
Memang, pasokan yang menciut dapat menerbangkan harga batubara. Tapi di sisi lain, permintaan yang rendah membuat komoditas energi ini masuk tren bearish.
Analis Asia Tradepoint, Futures Deddy Yusuf Siregar sepakat, perlemahan harga batu bara kali ini merupakan imbas pelemahan harga minyak dunia. Terlebih, permintaan batubara dimusim dingin mengecil. Selain itu, sentimen lain yang kian mendesak harga batubara adalah pengembangan proyek energi terbarukan di Tiongkok.
Seperti diketahui, Negeri Tirai Bambu ini sedang mengembangkan tiga jenis pembangit listrik menggunakan energy termal, hidro dan nuklir. Nah, pembangkit yang selama ini menggunakan batubara malah sudah tidak lagi berproduksi.
Pembangkit listrik hidro memiliki kontribusi 10% pada produksi listrik di China. Pemerintah China juga telah membatalkan rencana pembangunan 85-100 pembangkit listrik batubara.
Angka ekspor batubara Amerika Seikat juga turun. Sepanjang tahun 2016, ekspor batubara Negeri Paman Sam anjlok 27,5%. Kondisi ini diperparah dengan kebijakan presiden Donald Trump yang terus menyerang China. “Ini bisa memicu perang dagang antar AS dan China, apalagi keduanya Negara penghsil Batubara,” imbuh Deddy.
Harga sulit naik
Melihat banyaknya sentimen negatif tersebut , analis memperkirakan harga batubara sulit kembali ke level US$ 100 per metric ton. “Mungkin baru 3-5 tahun ke depan harga kembali ke US$ 100 per ton,”prediksi Deddy.
Sejatinya ada sentiment positif dari India. Pemerintah Negara ini berniat membuka izin tambang batubara ke perusahaan swasta. Tapi sentiment ini belum berdampak pada harga di jangka pendek. Paling tidak ada empat tambang yang akan dilelang pada 1April mendatang. Selama ini pasar barubara India dikendalikan oleh perusahaan pemerintah, yakni Coal India Ltd.
Secara teknikal, harga batubara sudah bergulir dibawah garis MA 50 dan MA 100, mengindikasikan pelemahan dalam jangka pendek. Peluang pelemahan juga diperlihatkan indicator RSI yang tertekan di level 38, stochastic di level 20 dan moving average convergence divergence (MACD) di area negatif. Satu-satunya potensi penguatan diperlihatkan harga yang berada diatas garis MA 200.
Karena itu, Deddy memperkirakan hari ini (9/2) harga batubara akan bergerak di rentang US$81,20-US$77,70 per metrik ton. Sedang menurut hitungan Wahyu , dalam sepekan harga batubara akan bergerak di kisaran US $ 77-US$83 per metrik ton.
Sumber: Kontan, Kamis, 9 Februari 2017
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Ekonomi
Tinggalkan komentar