Belanja Rumah tangga akan Melambat

20285-jelang2bramadhan252c2bjokowi2bminta2bharga2bpangan2bstabil

JAKARTA. Upaya menjaga konsumsi rumah tanggga menjadi pekerjaan rumah terbesar pemerintah di awal tahun ini. Hal ini terlihat dari sejumlah indicator ekonomi yang menunjukkan tekanan cukup kuat pada minat belanja masyarakat, seiring dengan masih lemahnya daya beli.

Survei Penjualan eceran Bank Indonesia (BI) menunjukkan, pertumbuhan Penjualan eceran Januari 2017 diperkirakan akan melambat disbanding bulan sebelumnya. Hal itu tampak pada indeks Penjualan riil (IPR) bulan Januari 2017 diperkirakan hanya tumbuh 9,5% (yoy), lebih lambat disbanding bulan sebelumnya 10,5% (yoy).

Dibandingkan Penjualan eceran bulan Januari 2016 yang tumbuh 12,9% (yoy), pertumbuhan Penjualan eceran bulan Januari 2017 juga lebih lambat. Perlambatan itu terutama pada penurunan pertumbuhan Penjualan kelompok makanan dari 10,5% (yoy) menjadi 8,5% (yoy). Sementara pertumbuhan kelompok non-makanan naik tipis dari 10,4% (yoy) menjadi 10,9 % (yoy).

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih bilang, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahun lalu sebesar 5,01% (yoy), lebih disebabkan kenaikan penghasilan tidak kena pajak (PTKP), kenaikan upah minimum provinsi (UMP), serta pemberian bantuan sosial.

Hanya saja, tahun ini, kondisi itu tidak akan terulang lagi, sehingga daya beli masyarakat perlu diperhatikan. Apalagi ada tekanan kenaikan tarif listrik daya 900 volt ampere (VA) hingga dua kali lipat karena pencabutan subsidi.

Ekspektasi konsumen, menurut Lana, juga masih di batas membahayakan. Ia memperkirakan konsumsi rumah tangga akan melambat di kuartal I-2017, karea persiapan puasa, lebaran, dan tahun ajaran sekolah baru jatuh di Mei dan Juni. “Ada potensi di kuartal pertama, konsumen akan tahan untuk konsumsi,” katanya, Kamis (9/2).

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan indeks tendensi konsumen (ITK) kuartal I-2017 sebesar 106,3. Angka itu menguat tipis disbanding ITK kuartal IV-2016 yang 102,46.  Kenaikan indeks terjadi karena ekspektasi penigkatan pendapatan, rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi dan pesta hajatan.

Sebenarnya pemerintah juga sudah merasakan kemungkinan melemahnya konsumsi masyarakat di awal tahun ini. Itulah sebabny, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku akan menggumakam sejumlah instrument untuk menjaga konsumsi rumah tangga . “tahun 2017, konsumsi kami jaga paling tidak setara rata-rata 10 tahun terakhir,” katanya.

Pada 2016, konsumsi rumah tangga menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi hingga mencapai 5,02%. BPS mencatat, sepanjang 2016, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,01% (yoy) dan berkontribusi pada produk domestic bruto (PDB) sebesar 56,5%.

Sumber: Kontan, Jumat, 10 Februari 2017

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com

 



Kategori:Berita Ekonomi

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar