JAKARTA. Kenaikan Suku Bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve dikhawatirkan bakal menaikan biaya utang. Ini akan semakin menekan swasta menarik utang luar negeri (ULN).
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo bilang dampak kenaikan bunga The Fed akan terasa hingga tiga tahun kedepan, khususnya bunga pinjaman dalam dollar AS. Untuk itu Agus mewanti-wanti agar masarakat dan korporasi berisap.
Apalagi setelah bulan ini The Fed memutuskan menaikan suku bunga 25 basis poin, BI memproyeksikan masih ada kenaikan suku bunga dua kali lagi hingga akhir tahun ini.
Namun Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara yakin, meski cost of borrowing meningkat, korporasi mengimplementasikan penerapan prinsip kehatihatian (KPPK) sepenuhnya.
Berdasarkan laporan ULN Indonesia per Januari 2017 yang dirilis BI pada Jumat (17/3) kemarin, ULN Indonesia tercatat sebesar US$ 320,3 miliar, tumbuh 12,4% (yoy).
Sementara ULN swasta pada Januari 2017 tercatat US$ 159 miliar, kembali turun 4,3% (YoY). Penurunan ULN swasta telah terjadi sejak tahun 2015, terutama di sektor komoditas. Itu sejalan dengan turunnya harga sejumlah komoditas.
Menurut Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih, potensi kenaikan cost of borrowing menjadi disinsentif bagi korporasi menarik pinjaman luar negeri. Walau ada potensi pertumbuhan ekonomi domestik membaik tahun ini karena masih kuatnya permintaan rumah tangga, itu tak serta merta membuat perusahaan merealisasikan ekspansi bisnisnya.” Permintaan direspon perusahaan dengan inventory bukan ekspansi baru,” kata Lana, Jumat (17/3).
Lana mencatat, utang korporasi yang tidak dicairkan sampai saat ini mencapai 30%. Artinya pelaku usaha masih mengurangi pinjaman dari perbankan. Walau korporasi bisa melakukan hedging ULN, namun biaya hedging dengan kenaikan suku bunga The Fed juga berpotensi menjadi lebh mahal. Namun hedging mau tidak mau akan tetap dilakukan perusahaan. Sebab biaya ULN yang tidak hedging juga akan lebih mahal.
Ia memperkirakan, ULN swasta kedepan masih akan tertahan karena factor meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, dolar AS berpotensi menguat dan masih adanya rencana kenaikan suku bunga The Fed hingga akhir tahun. “Sampai enam bulan kedepan masih tertahan,” katanya.
Sumber: Harian Kontan, Sabtu, 18 Maret 2017
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Ekonomi

Tinggalkan komentar