JAKARTA. Siapa yang tidak tahu Glodok Plaza, sebuah pusat perbelanjaan elektronik terbesar di Jakarta yang berlokasi di jalan Hayam Wuruk, Manga Besar Jakarta Barat. Murah dan lengkap, alasan banyak pembeli menjadikan Glodok Plaza sebagai tujuan untuk membeli barang elektronik.
Namun kini, nama besar Glodok Plaza telah menghilang dan terlupakan seiring dengan menjamurnya mal dan pusat-pusat perbelanjaan di Jakarta dan kota-kota penyangga lainnya, seperti Depok, Bekasi, Tangerang hingga Bogor.
Tak sampai disitu, masalah yang dialami juga diperparah dengan hadirnya situs-situs jual beli online yang menawarkan harga kompetitif hingga kemudahan dalam berbelanja. Jika hal ini terus berlanjut bukan tidak mungkin Glodok hanya tinggal sejarah alias tutup.
Sepi pembeli, diakui Randy, penjaga toko elektronik di lantai 2, Blok C, Plaza Glodok. Sepi pembeli sudah dirasakannya sejak dua tahun terakhir. “Ya begini kondisinya sekarang mas. Jangankan pembeli, pengunjung yang datang saja bisa dihitung dengan jari,” kata Randy yang ditemui Harian Terbit, Sabtu (15/7/2017).
Kendati begitu, Randy tidak sependapat jika sepi pembeli akibat kalah bersaing dengan hadirnya jual-beli online. Sebabnya, selain toko fisik, Randy mengaku juga menjajakan barang lewat situs jual-beli online.
Daya Beli Melemah
Meski sedikit membantu penjualan, namun hal ini dirasakannya tidak seperti yang dialami di tahun-tahun sebelumnya. Karena itu, ia lebih setuju jika sepi pembeli akibat daya beli masyarakat yang melemah.
“Mungkin ekonomi kita lagi kurang bagus, makanya banyak masyarakat yang menahan untuk membeli barang-barang yang bukan kebutuhan pokok,” katanya.
Selain itu, masalah fasilitas dan perawatan gedung Plaza Glodok juga dikeluhkannya. Menurut dia, hal ini sedikit banyak berpengaruh dengan minat masyarakat untuk mengunjungi Plaza Glodok. Masyarakat, kata dia, tentu mencari tempat yang lebih nyaman.
Hal serupa juga disampaikan Johny, pemilik toko perlengkapan handphone. Teman-temannya sesama penjual sejak akhir tahun lalu banyak yang memilih pindah hingga menutup usaha karena mengalami kerugian hingga kesulitan membiayai pegawai.
Tak mau bercerita banyak, Johny lebih memilih untuk pasrah dengan kondisi yang dialaminya. “Saya juga beberapa bulan lagi mau pindah, cari tempat strategis dekat rumah saja,” selorohnya yang tengah santai sambil menyeruput kopi.
Bukan Ancaman
Terpisah, Senior Associate Director Research Colliers International Ferry Salanto menyatakan jika fenomena belanja secara online atau dalam jaringan yang kini meningkat bukan ancaman terhadap keberadaan mal maupun pusat perbelanjaan.
Malahan, kata dia, bila keberadaan mal disinergikan dengan tepat akan membawa manfaat yang besar bagi keduanya. “Adanya belanja daring tidak akan menjadi ancaman bagi pusat perbelanjaan konvensional,” Ferry Salanto.
Sinergi yang dimaksud Ferry, adalah dengan memaksimalkan aplikasi media sosial maupun situs-situ e-commerce untuk mempromosikan pusat perbelanjaan. Dengan promosi melalui media sosial, lanjutnya, maka akan dapat menunjukkan tampilan yang menarik serta tawaran diskon yang membuat orang semakin ingin berbelanja.
Sumber : harianterbit.com
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Ekonomi

Tinggalkan komentar