Inflasi Inti Rendah, Daya Beli Lemah

JAKARTA. Sejumlah indikator makro ekonomi semakin menunjukkan adanya pelemahan daya beli masyarakat. Indikator yang dimaksud adalah data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan angka inflasi Juli 2017 hanya 0,22% lebih rendah dari perkiraan para ekonom 0,3%.

Inflasi yang rendah menggambarkan lemahnya permintaan masyarakat, sebab di Juli 2017 inflasi inti hanya sebesar 0,26%. Inflasi inti Juli 2017 menjadi yang terendah dalam lima tahun terakhir. Inflasi inti sepanjang Januari-Juli 2017 hanya 1,86%, turun dari tahun lalu 1,88% dan juga terendah sejak tahun 2013.

Laju inflasi inti mencerminkan daya beli sekaligus permintaan masyarakat. Semakin besar inflasi inti, maka permintaan barang oleh masyarakat semakin banyak. Selain inflasi inti yang turun, sinyal rendahnya daya beli juga terlihat dari pelemahan daya beli juga terlihat dari Nilai Tukar Petani (NTP).

NTP merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. Semakin tinggi NTP, maka semakin kuat daya beli petani atau sebaliknya.

Catatan BPS, rata-rata NTP sejak awal tahun hingga Juli lalu sebesar 100,36. Sementara rata-rata NTP tujuh bulan di tahun lalu mencapai 101,68. Artinya tidak bagus. NTP tahun ini tidak sebagus NTP 2016 dan bahwa NTP stagnan di 100,” kata Kepala BPS Suhariyanto, Selasa (1/8). Angka itu menunjukkan, indeks harga yang diterima petani dengan indeks yang dibayar petani seimbang.

Suhariyanto menjelaskan, idealnya indeks harga yang diterima petani lebih tinggi dari yang dibayar petani. Dengan begitu, petani memiliki ruang mengalokasikan uang nya untuk keperluan yang lain. “Tetapi kenyataannya kita tidak pernah mempunyai NTP yang tinggi di atas 115,” tambah dia.

Namun Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemkeu) Suahasil Nazara menyebut, pelemahan beli masyarakat tak terjadi di semua sektor. Terbukti, realisasi penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) semester 1 2017 naik 13,5% year on year (yoy). “Kalau enggak ada transaksi (pembelian konsumen), enggak naik PPN,” katanya.

Selain itu, pendapatan sejumlah perusahaan emiten selama semester pertama tahun ini juga meningkat. Di sektor konsumsi, laba bersih Indofood naik menjadi Rp 2,27 triliun dari Rp 2,23 triliun semester 1-2016. Di sektor ri-tel, laba bersih Ace Hardware juga naik menjadi Rp 328 miliar dari Rp 238 miliar. “Jika inflasi stabil, daya beli bisa kita jaga,” kata Suahasil.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, rendahnya inflasi tidak sepenuhnya menguntungkan pengusaha di tengah kondisi ekonomi saat ini, rendahnya inflasi bahkan disinsentif bagi produsen. Apalagi biaya yang produsen keluarkan tinggi, “Biaya produksi naik, tetapi tidak bisa menaik kan harga jual,” katanya.

Sumber : Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Ekonomi

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar