Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menegaskan impor bahan bakar minyak (BBM) berpotensi semakin besar dan membebani keuangan negara. Apalagi, dalam kondisi kegiatan industri hulu migas berada dalam bayang-bayang krisis energi, sulit untuk meningkatkan kegiatan produksi.
Humas SKK Migas, Dian Sulistiawan, mengatakan upaya mencari sumber minyak dan gas bumi baru dalam kondisi sekarang ini tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Sehingga kemampuan produksi dalam negeri tidak bisa ditingkatkan untuk mengimbangi tingkat konsumsi yang trennya terus naik.
“Tingkat konsumsi bahan bakar minyak secara nasional mencapai 1,6 juta barel per hari, sedangkan kemampuan produksi hanya 834 ribu barel per hari,” katanya seperti dikutip dari Antara di Belitung, Selasa (29/8) malam.
Maka dari itu, SKK Migas mengajak masyarakat untuk berhemat atau mengurangi penggunaan bahan bakar minyak. Dia menjelaskan, untuk mengatasi tingginya konsumsi BBM dalam negeri, pihaknya mengatasinya dengan melakukan impor.
Selain itu, dia juga membenarkan, kegiatan pencarian sumur migas baru pada tahun ini tidak berjalan sesuai target yang diharapkan. Target pencarian sumur migas baru berdasarkan data per Juli 2017 baru terealisasi 24 persen atau hanya 34 sumur dari 134 sumur baru yang ditetapkan.
Rendahnya realisasi target pencarian sumur migas pada tahun ini, menurutnya, salah satunya dipengaruhi iklim investasi pada sektor migas yang kurang baik.
Berdasarkan kondisi tersebut, pihaknya berupaya melakukan berbagai upaya memperbaiki iklim investasi agar bisa menarik investor menanamkan modal di sektor migas, sehingga target pencarian sumur migas baru bisa terpenuhi.
Jika target pencarian sumur migas baru yang ditetapkan setiap tahun tidak terpenuhi, cadangan minyak yang ada hanya cukup untuk 11 tahun ke depan dan bisa benar-benar terjadi krisis energi.
Sumber : merdeka.com
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Ekonomi

Tinggalkan komentar