Benarkah Soal Daya Beli Cuma Isu Politik? Ini Penjelasan Ekonom

Benarkah Soal Daya Beli Cuma Isu Politik? Ini Penjelasan Ekonom

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku tidak percaya adanya perlambatan pertumbuhan daya beli masyarakat. Bahkan dirinya curiga bahwa hal itu hanya isu politik saja.

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Anton Hermanto Gunawan menjelaskan, daya beli masyarakat diukur dari pendapatan riil dan inflasi. Pihaknya mencatat memang ada penurunan gaji pekerja sektor konstruksi dan pertanian yang kebanyakan merupakan masyarakat segmen bawah.

“Memang pendapatan ada yang turun. Tapi apakah kelompok pendapatan tinggi juga turun, saya rasa tidak,” terangnya di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (4/10/2017).

Menurut Anton pendapatan masyarakat miskin memang relatif tidak ada pertumbuhan. Akan tetapi daya beli masyarakat segmen tersebut terbantu dengan adanya bantuan sosial (bansos).

Namun, penyaluran bansos dari pemerintah ada keterlambatan di awal tahun. Sebab ada perubahan pola penyaluran subsidi oleh pemerintah dari subsidi tidak langsung seperti subsidi energi menjadi langsung melalui berbagai kartu sakti Jokowi.

“Distribusi bansos dilakukan perubahan ke arah menggunakan kartu, untuk itu ada keterlambatan karena musti cocokin data dulu. Realisasi penyaluran bansos itu sudah 3 kali lipat dari kuartal I 12% menjadi 38%,” tambahnya.

Pihaknya juga mencatat untuk kelompok simpanan perbankan di bawah Rp 100 juta jumlah rekeningnya meningkat. Disinyalir hal itu merupakan dampak dari penyaluran bansos tersebut.

“Ini terkait penyaluran bansos dengan menggunakan kartu. Jadi ada delay yang menyebabkan spending mereka agak kurang,” tambahnya.

Sayangnya perubahan pola penyaluran subsidi tersebut membuat sebagian kalangan masyarakat yang tadinya menikmati subsidi sekarang tidak. Seperti kebijakan pemerintah yang mencabut subsidi tarif listrik untuk 900 VA.

“Tapi yang mungkin paling kena perlambatan daya beli yang kelompok yang tidak eligible atau tidak berhak dapat bansos. Mereka harus menghadapi situasi lapangan membayar listrik, BBM dengan harga pasar yang lebih tinggi. Itu yang berkurang daya belinya,” tambahnya.

Anton juga mencatat perlambatan pertumbuhan daya beli terjadi di kalangan berpenghasilan menengah. Akan tetap itu karena adanya perubahan ekspektasi pengeluaran dari belanja pakaian dan jasa lainnya ke transportasi dan komunikasi.

“Orang mementingkan dari pada beli baju mending pergi jalan-jalan, kuliner terus selfie Instagram. Bahkan ada data spendingper kapita untuk pulsa lebih tinggi dari pada untuk rokok dan makanan, pulsa lebih tinggi. Jadi itu mungkin ada pola berubah,” tukasnya.

Sumber : detik.com

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com

 



Kategori:Berita Ekonomi

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar