
Belakangan daya beli masyarakat disebut mengalami penurunan. Hal itu disebabkan dari peralihan konsumsi dari belanja offline kepada online. Meski begitu, penurunan daya beli tidak berpengaruh terhadap penjualan di sektor industri barang konsumsi.
Direktur Pemasaran PT Campina Ice Cream Industry Tbk, Adji Andjono, mengakui pertumbuhan industri es krim tengah melambat, tidak seperti 3 tahun sampai 4 tahun lalu. Oleh karena itu, pengusaha es krim tengah menyesuaikan strategi untuk menghadirkan produk yang terjangkau.
Dia berharap tahun depan bisa tumbuh sekitar 10 persen. “Misalnya kemasannya lebih kecil. Bahan bakunya dibikin lebih simpel. Tapi untuk menyesuaikan itu butuh waktu 1-2 tahun terkait pendaftaran di BPOM,” ujarnya di Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (19/12).
Dia menambahkan penurunan daya beli tidak berpengaruh terhadap penjualan es krim. Menurutnya, sektor ritel dan fesyen yang mengalami penurunan daya beli.
“Kalau untuk makanan fast food dan consumer good komponen dari online itu tidak sampai 2 persen ya, jadi itu untuk sektor kami agak kurang tepat, jadi kalau untuk fashion dan ritel agak berpengaruh,” katanya.
Meski begitu, untuk konsumen tertentu seperti orang tua kemampuan daya beli memang agak menurun. Hal itu karena uangnya disimpan untuk pendidikan dan keperluan lainnya. Akan tetapi, Adji menegaskan bahwa saat ini penjualan Campina tetap tumbuh.
“Yang kita liat ini adalah kemampuan daya beli dari orang tua untuk level tertentu memang agak menurun, karena dia menahan mungkin untuk spending pendidikan dan sebagainya,” jelasnya.
Sumber : merdeka.com
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Ekonomi
Tinggalkan komentar