Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati meminta pemerintah tidak lagi mengklaim produksi beras surplus sebelum melakukan pendataan produksi beras secara faktual dan sistematis. Sebab, jika stok surplus maka harga beras tidak akan naik, dan tidak ada keputusan impor.
“Jadi jangan lagi klaim surplus, karena kenyataannya harga naik. Harga naik karena apa? Karena stok kita kurang,” ujarnya di Kantor INDEF, Jakarta, Kamis (25/1).
Dia menilai, keputusan pemerintah melakukan impor beras di Februari 2018 terlambat jika tujuannya untuk menurunkan kenaikan harga beras di pasaran. Sebab keputusan impor baru diputuskan di Januari, sementara mekanisme impor beras membutuhkan waktu yang cukup panjang.
“Impor beras ini hampir yakin tidak bisa stabilkan harga karena kalau impor baru diputuskan di pertengahan Januari sementara tidak mungkin impor datang hari ini juga. Kita juga tidak yakin beras sampai pada Januari akhir, itu pasti di pertengahan Februari,” imbuhnya.
Menurutnya, impor beras juga tidak berdampak pada penurunan harga di Februari. Sebab, panen raya akan terjadi pada rentang waktu tersebut. “Itu pertengahan Februari, ada atau tidak ada impor pada saat itu harga beras akan turun karena sudah panen. Ini harusnya bisa diantisipasi jauh-jauh hari,” jelasnya.
Enny menambahkan, beras impor yang akan sampai dalam waktu dekat tidak digelontorkan secara keseluruhan kepada masyarakat. Tetapi beras tersebut harus disalurkan secara bertahap untuk daerah daerah yang memang tidak dapat menghasilkan beras.
“Beras impor harus digelontorkan secara bertahap dan sebaran lokasi tetap dengan tujuan stabilkan harga. Lalu hentikan ketika masa panen tiba sehingga tidak mengurangi pendapatan petani Indonesia,” tandasnya.
Sumber : merdeka.com
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Ekonomi

Tinggalkan komentar