Indonesia Resmi Resesi, Apa yang Harus Dipersiapkan Masyarakat?

VIK Resesi untuk Pemula

Indonesia resmi masuk jurang resesi. Resesi karena Covid-19 ini merupakan yang pertama bagi Indonesia sejak 1998.

Dikutip Kompas.com, Kamis (5/11/2020), Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) RI pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen (year on year/yoy).

Pada kuartal sebelumnya Indonesia juga mencatatkan angka minus.

Ekonomi Indonesia pada kuartal II mengalami kontraksi yang cukup dalam, yakni mencapai 5,32 persen.

Resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung dalam beberapa bulan, atau bahkan hingga bertahun-tahun.

Saat resesi artinya, pertumbuhan ekonomi bisa sampai nol persen, bahkan minus dalam kondisi terburuknya.

Indikator resesi

Sejumlah indikator yang bisa digunakan suatu negara dalam keadaan resesi antara lain terjadi penurunan pada PDB, merosotnya pendapatan riil, jumlah lapangan kerja, penjualan ritel, dan terpuruknya industri manufaktur.

Resesi bisa berdampak pada banyak hal pada kegiatan ekonomi.

Contohnya ketika investasi anjlok, secara otomatis akan menghilangkan sejumlah lapangan pekerjaan yang membuat angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) naik signifikan.

Dampak lainnya adalah produksi atas barang dan jasa yang merosot sehingga menurunkan PDB nasional.

Lalu hal itu juga bisa berefek pada macetnya kredit perbankan hingga inflasi yang sulit dikendalikan. Bisa juga sebaliknya yaitu terjadi deflasi.

Selain itu dalam skala riil, banyak orang kehilangan rumah karena tak sanggup membayar cicilan dan daya beli melemah. Banyak bisnis juga bisa gulung tikar.

Apa yang bisa dilakukan masyarakat?

Menurut Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto, masyarakat jangan hanya bergantung pada bantuan sosial yang diberikan pemerintah.

Masyarakat yang terdampak finansialnya bisa melirik sektor yang pemintaannya cukup tinggi di tengah masa pandemi. Seperti, sektor pangan, kesehatan, dan komunikasi.

“Beberapa sektor tersebut bisa jadi bantalan untuk keluar dari resesi,” kata Eko.

Dia mengatakan masyarakat bisa bekerja atau membuka usaha yang berkaitan dengan ketiga sektor tersebut. Dengan itu, diharapkan pemulihan ekonomi secara pribadi bisa terjadi dengan cepat.

“Biasanya sektor primer seperti pertanian terutama pangan, kelautan, juga UMKM yang berkaitan dengan sektor tersebut bisa jadi pilihan untuk tetap survive (bertahan),” kata Eko, sebagaimana diberitakan Kompas.com, 20 Juli 2020.

Dilansir Kompas.com, 22 September 2020, Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda mengatakan beberapa hal yang bisa dipersiapkan masyarakat antara lain:

Mengubah pola konsumsi dari konsumsi tersier ke konsumsi primer

Memperbanyak tabungan guna menghadapi krisis ekonomi (bagi yang masih ada penghasilan)

Membuka usaha baru, misalnya melalui layanan daring (online) bagi orang yang sudah kena PHK.

Selain itu cara bertahan dari resesi menurut Huda adalah:

1. Melindungi sumber penghasilan

Sebagai karyawan menurut dia sebaiknya tidak agresif pindah pekerjaan dahulu sebelum ada kepastian pekerjaan baru yang lebih stabil.

“Untuk yang punya usaha, pertimbangkan kembali rencana ekspansi,” kata Gozali.

2. Miliki dana cadangan

Dia menyampaikan dana cadangan sebaiknya dijaga 3-12 kali pengeluaran bulanan dalam bentuk likuid.

“Artinya, kalau sekarang kurang dari itu, bisa ditambah dengan mengurangi aset risiko tinggi dan menambah likuiditas,” kata Gozali.

3. Tahan pembelanjaan besar, terutama kredit

Apabila sebelumnya ada rencana kredit kendaraan atau rumah, maka perlu dipelajari lagi risikonya.

“Apakah cukup aman untuk melanjutkan rencana tersebut. Jangan terlalu memaksakan, misalnya menggunakan dana cadangan untuk bayar DP (down payment),” kata Gozali.

Lanjutnya, pada intinya dana cadangan menjadi semakin penting, jangan terpakai untuk hal lain dulu. Bahkan kalau bisa ditambah.

4. Tetap belanja secara rutin

“Karena pembelanjaan konsumtif rumah tangga untuk hal-hal penting di Indonesia justru menjadi salah satu pendorong ekonomi yang dominan,” kata Gozali.

Sumber: kompas

http://www.pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: