Ekonomi Masih Lesu

Pemerintah boleh saja optimistis melihat prospek ekonomi tahun ini. Ini seperti dipaparkan oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution kepada KONTAN, pekan lalu (7/4). Ekonomi kini dalam tren tumbuh, kian baik dari pertengahan tahun lalu.

Sayangnya, data berbicara lain. Data penerimaan pajak dan data penjualan, misalnya, menunjukkan ekonomi masih lesu. Data yang baru keluar pekan lalu, menguatkan keluhan pengusaha kecil yang mengeluhkan daya beli masyarakat tak kunjung membaik, meskipun harga bensin premium dan solar sudah turun dua kali sejak awal tahun ini.

Kelesuan ekonomi bisa dilihat dari data Bank Indonesia (BI) tentang Indeks Penjualan Riil (IPR) yang terbit pekan ini (13/4). Dari data ini terlihat, konsumsi rumah tangga di kuartal pertama tahun ini masih rendah. Sebab penjualan eceran yang menunjukkan tren perlambatan di awal tahun ini.

Hasil survei BI, rata-rata pertumbuhan tahunan Indeks Penjualan Riil (IPR) kuartal-I 2016 sebesar 10,8% year on year (YoY). Angka itu lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang 15,5% YoY. Namun angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang masih 9,9% YoY.

Melambatnya indeks tersebut, menurut BI, terutama disebabkan melambatnya penjualan alat informasi dan komunikasi menjadi 24,7% YoY. Penurunan itu terutama disebabkan penurunan penjualan elektronik seperti audio atau video.

Masyarakt tampak menahan diri membeli sejumlah barang-barang konsumsi. Dampaknya, ekonomi belum berputar seperti yang diharapkan pemerintah. Tahun ini, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 5,3%. Target ini masih sama dengan APBN-Perubahan 2016.

Lesunya ekonomi di awal tahun ini juga terkonfirmasi dari penerimaan pajak yang masih jauh dibandingkan tahun lalu.

Data Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatat, realisai penerimaan pajak pada kuartal I-2016 hanya Rp 188,1 triliun, lebih rendah dari kuartal I-2015 yang sebesar Rp 203,3 triliun. Hampir seluruh pos penerimaan pajak turun: pajak penghasilan (PPh) migas, nonmigas, dan pajak pertambahan nilai (PPN). Insentif untuk korporasi produsen telah diberikan, namun kondisi ekonomi belum juga pulih. Banrangkali kini saatnya pemerintah focus meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat.

Sumber: Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com

 

 



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar