Ragam Pilihan Investasi Bagi Peserta Repatriasi

Beragam produk bisa dipilih wajib pajak.

Perusahaan Manajemen Investasi (MI) tengah bersiap diri menadah berkah program pengampunan pajak. Berbagai fasilitas, layanan, dan produk ditawarkan bagi Wajib Pajak (WP) yang ingin merepatriasi asetnya.

Rata – rata MI masih menawarkan produk konvensional yang sudah beredar. Misalnya, berbagai jenis reksadana terbuka yang kini tengah mereka kelola.

Ashmore Asset Management Indonesia, misalnya, mengandalkan lima produk reksadana terbuka yang sudah beredar selama dua tahun hingga tiga tahun, yakni, tiga produk reksadana saham dan dua reksadana pendapatan tetap. “Untuk tahun ini, kami mungkin masih fokus di instrument keuangan dan pasar modal,” kata Steven Satya Yudha, Head of Sales and Marketing Ashmore Asset Management.

Selain yang sudah eksisting, MI juga menyiapkan produk – produk anyar untuk menampung dana jumbo milik WP. Ini sebagai antisipasi jika dana repatriasi yang masuk dalam skala besar, hingga ribuan triliun rupiah. “Produk-produk eksisting dan pasar modal kita akan kewalahan menampung dana repatriasi kalo yang masuk gede,” kata Direktur BNI Asset Management, Isbono M. Putro.

Apa saja produk yang disiapkan para MI? berikut ulasannya.

  • RDPT

Selama ini pamor Kontrak Investasi Kolektif Reksadana Penyertaan Terbatas (KIK RDPT) tidak semoncer jenis reksadana terbuka. Maklum, jumlah penerbitnya masih sedikit dibanding penerbit reksadana terbuka. Persyaratan minimal penyertaan di produk ini pun jauh lebih besar ketimbang produk lain yang ditawarkan kepada public.

Produk RDPT mensyaratkan minimal penyertaan setiap investor Rp 5 miliar. Alhasil, kebanyakan investor produk ini adalah institusi bukan individu.

Berdasar data Otoritas Jasa Keuangan, ada 84 perusahaan Manajemen Investasi (MI) di Indonesia. Tapi jumlah MI penerbit RDPT hanya belasan saja. Sebagian besar pun berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak usaha perusahaan pelat merah.

Penyebabnya, tak banyak MI yang memiliki kemampuan meracik produk berbasis proyek sektor riil. Selama ini MI di Indonesia memang lebih banyak bermain di produk-produk berbasis pasar keuangan.

Dus, meski saat ini jauh lebih mudah bagi MI untuk penerbitan jenis produk ini, sebagian tidak menjadikannya sebagai produk utama. “RDPT dan KIK EBA (Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragunan Aset) butuh keahlian menganalisa sektor riil. Makanya sementara ini kami tidak fokus ke situ,” kata Rudiyanto, Direktur Panin Aset Management.

Namun, bagi MI yang sudah terbiasa meracik RDPT, relaksasi regulasi RDPT yang digelar pemerintah untuk menyambut dana repatriasi, justru menjadi kesempatan emas yang tidak akan dilewatkan begitu saja.

PT PNM Investment Management (PNM MI) misalnya, sudah menyiapkan sederet proyek yang bakal dibungkus dalam produk RDPT. M.Q. Gunadi, Presiden Direktur PNM Investment Management menyebut, ada tujuh proyek sektor riil yang ada di pipeline mereka dan siap dibungkus dalam tujuh produk RDPT senilai sekitar Rp 3 triliun.

Sebagian besar pemilik proyek-proyek tersebut adalah perusahaan milik negara. “Yang masuk pipeline ada proyek agribisnis, properti, infrastruktur, UMKM, hingga rumah sakit,” ujarnya.

Proyek-proyek miik BUMN dipilih lantaran memiliki rating yang secara umum lebih bagus sehingga relatif lebih aman bagi investor. Pengalaman PNM IM meracik RDPT berbasis proyek BUMN, misalnya, belum pernah sekalipun muncul kejadian gagal bayar bunga.

Cuma investror juga harus paham, semakin bagus rating, imbal hasilnya akan lebih rendah. Menurut Gunadi, produk-produk RDPT yang diracik PNM IM, selama ini mampu memberikan imbal hasil 10%-11% net dengan tenor antara dua tahun hingga lima tahun. Tingkat imbal hasil ini juga bisa menjadi pertimbangan bagi investor yang meminati RDPT-RDPT yang akan dirilis PNM IM.

Sebetulnya, PNM IM sudah menyiapkan produk-produk ini sejak jauh-jauh hari. Cuma, kebetulan momentum penerbitannya pas dengan pelaksanaan program tax amnesty. Jadilah PNM IM produk-produk ini untuk menarik minat Wajib Pajak (WP) peserta repatriasi. Makanya, investor yang bukan peserta repatriasi juga ikut menanamkan modal di produk-produk ini.

Dan, yang membuat Gunadi makin bergembira, MI kian leluasa meracik produk RDPT. Baik untuk menyesuaikan dengan profil risiko investor maupun untuk menddapatkan imbal hasil yang lebih baik. Ini lantaran OJK membuka ruang investasi di instrument deposito lebih dari 10% dari total Nilai Aktiva Bersih RDPT.

Selain PNM IM, BNI Asser Management (BNI AM) juga menyiapkan RDPT untuk menampung dana repatriasi. Menurut Isbono, beberapa proyek sudah dalam bidikan. Prioritasnya, proyek-proyek infrastruktur, seperti kelistrikan dan jalan tol milik BUMN. “Just in case duitnya masuk, kami sudah siap dengan proyek-proyeknya.”

Direktur BNI Asset Management, itu menyebut, BUMN dipilih lantaran risikonya lebih rendah. Meski begitu tak menutup kemungkinan bagi MI pelat merah ini untuk membundel proyek-proyek milik swasta. Sementara proyek infrastruktur menjadi bidikan, untuk mendukung kebijakan pemerintah mendiring proyek-proyek infrastruktur.

BNI AM bukan pemain baru di produk RDPT. Berdasar data KONTAN, paling tidak ada dua RDPT BNI AM yang kini masih beredar. Yakni RDPT BNI-AM Mahitala dan BNI-AM Yuwaraja Information dan Communications Technology (ICT).

BNI AM Mahitala diterbitkan Oktober 2015 menggunakan aset dasar surat utang perusahaan kimia dan pariwisata. Sementara Aset dasar BNI AM Yuwaraja adalah surat utang perusahaan pembiayaan elektronik. Return keduanya sekitar 10% per tahun hingga 11% per tahun.

KPD

Salah satu MI yang bakal gencar memasarkan produk KPD khusu bagi peserta repatriasi aset adalah Panin Asset Management. Produk ini bisa dimanfaatka oleh WP dengan dana yang direpatrasikan minimal Rp 5 miliar.

Yang menarik, Panin menawarkan berbagai paket KPD yang bisa dipilih sesuai kebutuhan, keinginan, dan profil risiko WP yang bersangkutan.Keranjang investasi paket-paket KPD ini berupa campuran instrument pasar uang dan reksadana. Yang membedakan satu paket dengan paket yang lain adalah kompisisi dan jenis instrument pasar uang dan reksadana yang digunakan.

Alhasil, tersedia pilihan instrument KPD yang lengkap bagi tipikal investor yang agresif hingga yang sangat konservatif. Sampai saat ini, kata Rudiyanto, sudah ada 10 paket yang disiapkan tim internal Panin Asset Management. “Kami juga menyiapkan, bahkan hingga KPD yang isinya deposito semua bagi investor yang sangat konservatif,”ujar Rudiyanto.

Beragamnya pilihan produk tak perlu membuat calon investor, terutama yang masih awan keder duluan. Sebab Panin menyediakan layanan pendampingan dari perencana keuangan yang akan membantu WP memilih produk. Dalam perjalanannya, investor diberikan keleluasaan untuk berpindah-pindah dari satu paket ke paket yang lain.

Bagi investor yang bukan peserta repatriasi tax amnesty, juga bisa berinvestasi di KPD yang dikelola Panin. Cuma, syarat minimal penyertaan dana yang disetor investor mesti Rp 10 miliar. Perbedaan lainnya, portofolio KPD bagi investor jenis ini adalah kombinasi reksadana-reksadana. Bukan kombinasi reksadana dengan produk pasar uang.

Mandiri Manajemen Investasi juga bisa melayani WP peserta repatriasi yang ingin berinvestasi di produk reksadana.Menurut Presiden Direktur PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) Muhammad Hanif, lewat produk ini, WP dengan dana repatriasi besar bisa mengikat kontrak bilateral dengan MMI.

Investor diberi keleluasaan untuk memilih instrument investasinya. Termasuk pengaturan kebijakan komposisi setipa instrument. Persis seperti pengaturan komposisi di reksadana terbuka. Sebagai contoh, hingga 40% masuk di obligasi negara, lalu 0%-20% disaham, dan sebagainya.

Sesuai kesepakatan ini, tim investasi MMI akan melakukan pengelolaan dana milik investor. Termasuk keleluasaan melakukan switching dar satu instrument lain untuk memaksimalkan potensi imbal hasil bagi investor.

Yang menarik, tak cuma berinvestasi di instrument pasar keuangan, MMI juga memberikan layanan bagi investor yang ingin berinvestasi di perusahaan non-listed. Baik perusahaan tidak terbuka milik orang lain, maupun perusahaan miliknya sendiri. “Misalnya, investor mau masuk ke perusahaannya sendiri yang ada di Indonesia,”kata Hanif.

Praktik yang lazim dikenal dengan istilah back to back itu memang lumrah digunakan pengusaha Indonesia. Misalnya, memberikan pendanaan kepada perusahaan miliknya di Indonesia melalui bank yang ada di luar negeri. Sebagai agunan, si pengusaha menjaminkan depositinya di bank tersebut.

Nah. Lewat program tax amnesty, MMI bisa membantu WP melakukan restrukturisasi keuangan. Misalnya perusahaan milik WP yang ada di Indonesia menerbitkan surat utang. Lantas surat utang tadi dibeli oleh WP yang bersangkutan.

Jadi WP bisa mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Pertama, mendapatkan pengampunan pajak dengan tariff uang tebusan yang rendah. “Kedua, bisa langsung masuk ke perusahaan miliknya di Indonesia tanpa perlu ngumpet-ngumpet lagi,”ujar Hanif.

DIRE

Peluang menawarkan produk Dana Investasi Real Estate (DIRE) juga tak dilepaskan oleh MI. Demi memberikan variasi produk investasi bagi WP peserta repatraisi manajer investasi, semisal BNI Am juga ikut menawarkan produk berbasis property ini.

BNI AM, kata Isbono memiliki daftar property-properti potensial yang dibungkus dalam produk DIRE. Salah satunya adalah DIRE breast dasar hotel yang berlokasi di Bali. Perusahaan pemiliknya berstatus non-listed.

Produk ini semula dirancang bukan untuk menyambut aset-aset yang direpatriasi wajib pajak. Meski begitu, WP peserta repatriasi tetap bisa memanfaatkannya sebagai pilihan investasi. Return yang bisa diperoleh investor bersumber dari aktivitas operasional hotel dan kenaikan harga propertinya. “Proyeksi return-nya 15% per tahun, “kata Isbono.

Selain BNI AM, Bowsprit Asset Management juga hangat menyamut dana repatriasi dengan produk DIRE. Malah, anak usaha Grup Lippo tersebut memang mengkhususkan diri sebagai sepsialis penerbit DIRE dan RDPT. Ini didukung oleh Lippo yang punya segudang portofolio property.

Salah satunya adalah DIRE dengan aset dasar empat gedung perkantoran milik Lippo di Jakarta dan satu distribution center di Balaraja, Tangerang. “Kami juga sedang menyiapkan beberapa underlying asset infrastruktur untuk di-inject ke DIRE ini, “ kata Angi Lim, Presiden Direktur Bowsprit Asset Management.

Cuma, bagi peserta repatriasi yang meminati produk ini harus bersabar dulu. Soalnya Bowsprit belum menentukan minimum investasi awal yang mesti disetor investor. Yang jelas, minimal tenornya di desain tiga tahun sesuai Undang-Undang Pengampunan Pajak.

Indikasi imbal hasilnya sendiri mencapai 8,75% per tahun net. Berdasar catatan KONTAN sebelumnya, ini belum ternasuk capital gain dari kenaikan harga property-properti yang masuk sebagai aset dasar DIRE tersebut.

Rencananya, produk ini akan dirilis pada semester II 2016. “Launching menunggu ketetapan pemerintah soal insentif PPh (pajak penghasilan) final dan BPHTB (bea perolehan hak atas tanah dan bangunan),”ujarnya

Bukan Cuma MI yang kepincut merilis DIRE. Perusahaan pengembang property juga ikut berminat. Malah, PT. Summarecon Agung Tbk menunda rencana spin off aset property komersialnya demi menanti keputusan final pemerintah.

Tadinya, Summarecon akan mengalihkan aset berupa Mall Kelapa Gading di Jakarta kepada anak usahanya, PT Summarecon Investment Property (SMIP). Cuma, keputusan ini ditunda dulu sembari menunggu Peraturan Pemerintah yang khusu mengatur soal DIRE.

Nah, Produk mana yang akan Anda pilih?

Sumber: http://www.pengampunanpajak.com

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Pengampunan pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar