Investasi Naik, dengan Banyak Catatan

Image result for investasi meningkat

Selama dua tahun terakhir, minat pemodal untuk menanamkan investasinya terus meningkat. Hanya saja, sebagian besar masih terfokus di sektor sekunder dan tersier. Penanam modal juga masih lebih menyasar industri hilir ketimbang hulu.

JAKARTA. Pertumbuhan investasi dalam dua tahun terakhir menunjukkan perkembangan cukup menggembirakan. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), jika di 2014 realisasi nilai investasi Rp 463,1 triliun, di 2015 nilainya naik 17,77% menjadi Rp 545,4 triliun. Sedangkan di 2016 ini, sampai pertengahan tahun, realisasi investasi sudah sebesar Rp 298,1 triliun.

Dari realisasi investasi 2016 tersebut, penanaman modal asing (PMA) masih mendominasi dengan nilai investasi mencapai Rp 195,5 triliun atau sekitar 65,6%. Sementara, penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 102,6 triliun atau 34,4%.

Melihat perkembangan tersebut, Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong yakin, realisasi investasi di akhir tahun 2016 ini bisa mencapai target yang sebesar Rp 594,8 triliun. “Cukup menggembirakan, mengingat banyak tantangan global yang berdampak negatif pada investor,” kata Thomas, belum lama ini.

Hal yang menggembirakan lainnya adalah lokasi investasi di luar Jawa terus naik. Padahal, sebelumnya hanya terfokus di Jawa. Misalnya, di semester I-2016, meski pulau Jawa masih mendominasi, namun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, realisasi investasi di luar Jawa naik 17,7% menjadi Rp 135,5 triliun atau 45,5% dari total investasi.

Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM, Azhar Lubis menambahkan, total realisasi investasi penanaman modal baik PMN maupun PMDN selama kepemimpinan Presiden Joko Widodo di tahun 2015 mencapai Rp 514 triliun dari total minat yang sebesar Rp 1.390 triliun. “Sampai September tahun ini, minat yang ingin investasi sudah naik lagi menjadi Rp 1.800 triliun,” ujar Azhar kepada KONTAN.

Sasmito, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS mengatakan, awalnya investor ingin berinvestasi di Indonesia. Namun melihat situasi global yang tidak kondusif, akhirnya mereka ragu terlalu berekspektasi. Itu sebabnya, kata dia, besaran investasi yang direalisasikan belum sebesar komitmen awal.

Survei yang dilakukan The United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang dirilis pada 6 Oktober 2016 memperlihatkan bahwa ada keinginan besar perusahaan kelas dunia untuk berinvestasi di Indonesia. Sebanyak 8% dari CEO multinasional yang disurvei menyatakan memilih Indonesia sebagai salah satu negara tujuan utama investasi karena dinilai prospektif. Adapun sektor yang paling diminati adalah manufaktur dan jasa.

Dorong industri menengah

Laporan itu juga memperlihatkan peringkat Indonesia sebagai negara tujuan investasi meningkat. Jika di tahun 2014 berada di peringkat 14, pada survei 2016 ini, Indonesia naik ke peringkat 9.

Azhar mengatakan, saat ini, sektor manufaktur masih mendominasi realisasi investasi, yaitu sekitar 53% dari seluruh investasi. Sementara sektor yang sepi peminat yaitu kilang minyak dan petrokimia. “Karena itu, dua sektor ini masih impor,” katanya.

Selain itu, yang masih perlu menjadi perhatian pemerintah yakni saat ini sebagian besar investasi masih terfokus di sektor sekunder dan tersier. Sementara, di sektor primer, seperti pangan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, nilai investasinya masih sangat kecil.

Ketua Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Didik J. Rachbini mengatakan, kenaikan investasi ini selain karena sejumlah kebijakan yang dikeluarkan oleh Jokowi-JK, juga disebabkan oleh kondisi negara lain yang kurang baik akibat pelemahan ekonomi global. Sehingga, investor melirik Indonesia sebagai alternatif.

Selain itu, Didik melihat investasi riil terutama di sektor industri masih kurang berkembang. Akibatnya, sektor ini dibandingkan dengan sektor lainnya. “Dari tahun ke tahun, peran sektor industri menurun dalam hal pembagian kue ekonomi,” katanya.

Seharusnya, kata Didik, pemerintah mendorong pengembangan sektor industri agar Indonesia bisa menjadi negara industri. Dengan demikian, peran sektor industri semakin besar dan membuka banyak lowongan pekerjaan. “Ini juga bisa mendorong pengembangan ekonomi dalam negeri,” ujarnya.

Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Sekuritas melihat bahwa dari banyaknya investasi yang ditanam, sebagian besar pemodal lebih menyukai sektor hilir. Pasalnya, Indonesia memang memiliki pasar besar. “Pasarnya sudah tersedia, kita di sini adalah pasar,” katanya.

Untuk itu, Lana menyarankan BKPM mendorong industri menengah untuk memproduksi bahan baku untuk kebutuhan industri hilir. Hal ini akan mendorong investor memproduksi di Indonesia. Kebijakan tersebut juga diharapkan bisa menekan impor bahan baku.

Sumber : Harian Kontan 20 Oktober 2016

Penulis : Hasyim Ashari, Adinda M, Noverius Laoli, Tri Sulistiowati

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , ,

Tinggalkan komentar