Krisis Garam Mulai Menghampiri

index

JAKARTA. Memasuki bulan kedua tahun ini, Indnesia dilanda krisis pasokan garam konsumsi. Gagal panen di sejumlah sentra garam tahun 2016 membuat petani garam rakyat dan PT Garam tak bisa memproduksi.

Dari total target produksi 3,1 juta ton, realisasinya hanya sekitar 6,48% atau sekitar 200.000 ton. Padahal setiap bulan, konsumsi garam untuk rumah tangga dan industri kecil mencapai 150.000 ton.

Ancaman krisis pasokan garam ini dipicu Kementerian Kelautan dan Perikanan yang hingga kini belum juga mengeluarkan rekomendasi impor garam yang PT Garam sebesar 226.124 ton atau sekitar 30% dari total kebutuhan konsumsi garam sebesar 700.000 ton.

Alhasil, industri pengelolaan garam saat ini tak memiliki bahan baku dan bersiap untuk menghentikan produksinya.

Direktur Utama PT Garam Ahmad Budiono mengatakan, PT Garam tak punya lagi stock garam untuk diedarkan ke pasar sejak pertengahan Januari 2016 lalu. Tanpa bahan baku garam, otomatis tak ada yang bisa dilakukan perusahaan ini kecuali menunggu rekomendasi impor garam dari KKP.

Akibat keterlambatan rekomendasi impor dari KKP inim harga bahan baku garam yang masih beredar di pasaran terutama milik petani garam di banderol sangat tinggi. “Harga garam naik hampir tiap hari, di Madura sudah mencapai Rp 1.350 per kg dari harga normal sebelumnya Rp 340-550 per kg,” ujar Ahmad kepada KONTAN, Senin (20/2). Asal tahu saja, ini adalah harga garam tertinggi sejak tahun 2010.

Untuk menghindari krisis garam ini, PT Garam telah berupaya mencari pasokan bahan baku garam ke sejumlah petani garam di Jawa Timur. Tapi hasilnya nihil.

Iapun meminta pemerintah untuk mengecek langsung ke sentra garam di pantura dan Madura sebagai bahan referensi untuk mengambil sikap yang tepat.

Dikendalikan Tengkulak

Sukawi, Direktur UD Rizky Mandiri, salah satu produsen garam skala usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mengklaim mengalami kesulitan mencari stock bahan baku garam untuk diolah.

Ia bilang, saat ini pihaknya telah merumahkan sebanyak 80 karyawan karena pabrik berhenti beroperasi. Ia mengatakan kondisi ini harga garam naik hampir setiap hari.

Sukawi juga bilang, saat ini pasokan bahan baku garam yang masih tersisa justru bukan di tangan petani melainkan berada di tangan tengkulak sehingga harga jualnya bergerak sangat liar. Apalagi stok gram milik tengkulak juga tak terlalu besar. “Misalnya kami meminta 20 ton, tapi yang dikirim hanya 5 ton. Kemudian, besokannya harga naik lagi dan kembali dijual sedikit sedikit,” sesal Sukawi.

Sukawi mengatakan telah mengajukan permohonan impor garam melalui PT Garam sebanyak 30.000 ton selama semester pertama tahun ini. Sebab, rata-rata kebutuhan garam di pabrik miliknya sebesar 5.000 ton per bulan. Sebab, saat ini kapasitas produksi pabrik garam milik Rizky Mandiri sebesar 4.000 ton per bulan. “Kami mengajukan lebih besar karena biasanya garam itu ka nada penyusutan jadi dengan mengajukan 5.000 ton kalau menyusut ya menjadi 4.000 ton sesuai kapasitas,” imbuhnya.

Sukawi bilang, saat ini harga bahan baku garam mencapai Rp 1.380 per kg. Harga itu sampai ke pabrik bisa mencapai Rp 1.937 karena ditambah ongkos kirim, biaya gas dan bongkar muat.

Direktur Jendral Pengolahan Ruang Laut KKP Brahmantya Setyamurti Poerwadi mengatakan, belum keluarnya rekomendasi impor garam ini karena KKP masih menggelar konsolidasi. Ia juga bilang, rekomendasi impor garam nanti tidak dilakukan secara serentak, tapi akan berlaku bertahap yaitu berkisar 27.000 ton per sekali impor.

Sumber: Harian Kontan, Selasa, 21 Febuari 2017

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com

 

 



Kategori:Berita Ekonomi

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar