Berharap Harga Minyak Tidak Terus Melemah

JAKARTA. Tren penurunan harga minyak mentah dunia dalam tiga hari terakhir menjadi salah satu hal yang diwaspadai Bank Indonesia (BI). Sebab, penurunan harga minyak mentah yang terus berlanjut akan berdampak pada kondisi ekonomi dalam negeri, terutama di sisi fiskal.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, penurunan harga minyak mentah dunia terjadi lantaran stok dan produksi minyak mentah Amerika Serikat (AS) meningkat. “ini jadi perhatian kami,” katanya jumat lalu.

lalu apakah BI akan mengoreksi proyeksi harga minyak mentah dunia tahun ini? Agus masih belum mau mengtakan lebih jauh. yang pasti, hasil kajian BI pada Januari 2017 memperkirakan rata-rata harga minyak mentah dunia naik menjadi US$47 per barel. royeksi itu naik naik dari hasil kajian Desember 2016 sebelumnnya yang sebesar US$45 per barel.

Sementara dalam anggaran pendapatan belanja negara (APBN) 2017, pemerintah mematok asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) Sebesar US$ 45 perbarel lebih tinggi dibanding asumsi APBN Perubahan 2016 Sebesar US$ 40 per barel.

Turun Sementara

Data Bloomberg menunjukkan, harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) jenis West Texas Intermediate (WTI) pada rabu (8/3) turun ke US$ 50,28 per barel dari hari sebelumnnya US$ 53,14 per barel. penurunan harga berlajut hingga Jumat (10/3) ke posisi US$ 48,49 per barel.

sementara harga minyak mentah Brent Internasional (ICE) pada Rabu (8/3) juga turun ke posisi US$ 53,11 per barel dari sehari sebelumnya di posisi US$ 55,92 per barel. penurunan itu berlanjut hingga jumat (10/3) pekan lalu ke posisi US$ 51,37 per barel.

kepala ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) Eric Sugandi yakin, penurunan harga minyak bersifat sementara. ia memperkirakan harga minyak mentah internasional akan bergerak fluktuatif di kisaran US$ 50-US$60 per barel. “Saya memproyeksikan OPEC dan Rusia akan memegang komitment menurunkan kuota produksi sehingga secara agreget suplai minyak tumbuh lambat,” kata eric Minggu (12/3)

Tren pertumbuhan ekonomi global tahun ini diperkirakan yang membaik dibaning tahun lalu juga akan membuat permintaan minyak mentah internasional juga akan bertambah. Sehingga ICP tahun ini diperkirakan naik ke posisi US$ 50 per barel, lebih tinggi dari asumsi APBN 2017.

dampaknya, selain mengatakan penerimaan negara, kenaikan ICP juga mengharuskan pemerintah menaikan anggaran subsidi energi dalam APBN perubahan (RAPBN-P) 2017. “walau kenaikan harga minyak bisa menaikkan subsidi BBM, tetapi kenaikan penerimaan yang akan diterima pemerintah” tambahnya.

Kepala Ekonomi Bank Mandiri bidang riset industri dan wilayah dendi ramdani menyatakan, harga minyak mentah dunia akan tergantung di siplin negara-negara penghasil minyak (OPEC) menurunkan produksi sebesar 1,2 juta barel mulai Januari 2017.

Dia memprediksi penurunan harga minyak dunia hanya sementara, karena disebabkan rumor investasi shale oil akan masuk lagi.”Saya kira ini sentimen negatif sementara saja,”katanya

Diperkirakan harga minyak mentah dunia berada di level US$55 per barel hingga US$ 60 per barel di akhir tahun, jika negara OPEC taat pada kuota masing-masing. selain mendorong penerimaan negara, harga minyak yang relatif tinggi mendorong kenaikan harga komoditas, sehingga ekspor diproyeksikan tumbuh positif 4% (yoy) tahun ini.

Sumber : Harian Kontan , Senin 1 maret 2017

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Artikel

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar