Enam Pabrik Keramik Menyetop Produksi


JAKARTA. Industri keramik retak. Berdasarkan catatan Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), sebanyak enam pabrik keramik telah menyetop produksi. Biang keroknya: permintaan yang menurun, biaya produksi yang tinggi lantaran harga gas tinggi serta serbuan impor produk China berharga miring ke pasar domestik.

Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik (Asaki) Elisa Sinaga mengatakan, meski keenam pabrik tersebut menghentikan produksi, produk-produk mereka masih beredar di pasar. “Saya tidak bisa menyebutkan nama perusahaannya, kalau disebut nanti distributor mereka menekan harga,” ujarnya ke KONTAN, Kamis (23/3).

Elisa menjelaskan, penurunan permintaan dalam negeri merupakan dampak sektor properti yang stagnan. Di sisi lain, konsumen meminta harga murah. Padahal, biaya perusahaan membengkak, karena harga gas susah turun. “Ini saya mau tanya, pemerintah mau turunkan harga gas atau tidak. Sudah dua tahun simulasi enggak pernah ada kejelasan,” ungkap dia kesal.

Menurutnya, harga gas menyumbang 30%-40% biaya energi bagi perusahaan keramik. Bila harga gas turun dari rata-rata US$ 9 per mmbtu ke US$7 per mmbtu saja, pengusaha sudah berjingkrak. “Pemerintah tanya mau turun berapa? Kami mau di bawah US$ 6 per mmbtu. Pemerintah bilang enggak bisa, kami minta US$ 7 per mmbtu juga tak jelas,” ujarnya.

Industri keramik juga ditekan oleh impor produk dari China, khususnya untuk produk keramik porselen kelas B1 A dan B1 B. “Impor naik 26%, jumlahnya 48 juta m2, dua kali kapasitas dalam negeri,” ungkap Elisa. Kata dia, China juga mempraktikkan dumping di impor keramik.

Asosiasi juga sudah bertindak dengan bertemu dengan Kementerian Perdagangan dan Sucofindo yang memverifikasi produk impor agar ada solusi. Sebab, “Jika impor terus menggerojok pasar, kita habis,” ujar Elisa geram.

Salah satu yang sudah jadi korban adalah PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk. Penjualan lokal emiten berkode IKAI ini anjlok 46,49% dari Rp 100,41 miliar di kuartal III-2015 menjadi Rp 53,71 miliar di kuartal III-2016.

IKAI juga terpaksa menghentikan sementara produksi anak usahanya” Internusa Keramik Alamasri (INKA).

Lie Ju Tjhong, Dirut IKAI mengatakan, penghentian ini seiring kian ketatnya persaingan usaha. Ini lantaran efek makin banyak produk-produk impor dari China masuk, “Harga jual keramik menjadi tertekan,” katanya dalam keterbukaan di BEI, Selasa (21/3).

Sumber : Kontan, Jumat, 24 Mar 2017

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Ekonomi

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar