Harga Eceran Gula Sulit Terpenuhi

Distribusi dan biaya transportasi menyebabkan penjualan gula di Indonesia tidak sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET)

JAKARTA. Untuk menyambut Lebaran tahun ini, ,perum bulog telah menyiapkan stok gula kristal putih atau gula konsumsi sebanyak 400.000 ton. Gula itu saat ini masih tersimpan di gudang mereka. Stok gula tersebut berasal dari sisa impor gula tahun lalu yang sebesar 260.000 ton, dan sisanya dibeli dari perusahaan gula lokal.

Namun dalam distribusi gula, Bulog akan membedakan harga jual gula di tingkat konsumen, terutama untuk wilayah Jawa dan Luar Jawa. Perbedaan harga ini tidak sesuai dengan penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) gula sebesar Rp 12.500 per kilogram (kg) di tingkat konsumen untuk seluruh Indonesia oleh Kementerian Perdagangan (Kemdag).

Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, Bulog akan menjual gula yang tersimpan di gudang-gudang tersebut ke seluruh Indonesia. Hanya saja tak semua wilayah bisa satu harga sesuai HET.

Untuk wilayah Jabodetabek dan Pulau Jawa, bulog akan menjual Rp 11.800 per kg sampai Rp 12.000 per kg di tingkat pedagang, dan kemudian sampai ke konsumen diharapkan Rp 12.500 per kg. “Jadi pedagang masih ada margin keuntungan,” ujar Djarot kepada KONTAN, Kamis (20/4).

Namun, harga jual diluar Jawa, seperti di Papua, Bulog akan melakukan perhitungan ulang karena biaya transportasi yang mahal yang mahal. Djarot mengambil contoh penjualan gula ke daerah pendalaman Papua pasti lebih mahal ketimbang di Jakarta.

Sebab, ongkos transportasi sampai ke sana cukup mahal. Bahkan, Bulog menghitung ongkos transport saja bisa mencapai Rp 1.100 per kg.

Dari perhitungan tersebut, Bulog bisa melepas gula ke pedagang di Luar Jawa dengan harga Rp 13.000 per kg. Bulog berharap pedagang menjual gula ke konsumen dengan harga maksimal Rp 13.500 per kg ke konsumen.

Djarot menyatakan perlu perjuangan ekstra agar gula tersebut bisa sampai ke seluruh pelosok Tanah Air, sebagai tugas untuk melakukan stabilisasi harga pangan. Oleh karena itu, Bulog meminta harga gula di Luar Jawa sekitar Rp 13.000 per kg. Meskipun begitu, Djarot menyatakan Bulog akan mencari cara agar harga rata-rata gula di pasaran tidak terlalu jauh dengan HET yang ditetapkan oleh pemerintah.

Selama ini tanaman tebu dan pabrik gula hanya bercokol di beberapa pulau saja, yakni di Jawa, Sumatera, dan sebagian Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat. Kebutuhan gula di wilayah lain yang tidak memiliki pabrik gula mengandalkan pasokan gula dari bulog.

Bulog berusaha agar rata-rata harga gula yang dijual tak terlalu jauh dari HET.

Butuh Waktu

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan, kebutuhan gula mencapai sekitar 250.000 ton per bulan. Dia menandaskan bahwa posisi stok gula saat ini yang dimiliki Bulog masih cukup hingga Lebaran mendatang.

Dengan stok tersebut, Enggartiasto optimis harga gula di konsumen dalam dua bulan ke depan tidak akan bergejolak. Apalagi stok gula tersebut juga tersebar di beberapa gudang milik perusahaan BUMN seluruh Indonesia. Sementara stok di gudang Bulog hanya sekitar 40.000 ton. “Dengan menetapkan penjualan gula di ritel modern Rp 12.500 per kg, maka diharapkan harga gula di pasaran juga ikut turun,” ujarnya.

Hanya saja, Enggartiasto mengakui kebijakan penetapan HET membutuhkan waktu agar bisa berjalan maksimal di seluruh Indonesia. Sebab ada daerah-daerah yang jauh dari produksi dan distribusi bahan pokok seperti gula membutuhkan biaya transportasi tambahan sampai ke tujuan. Karena itu, Kemdag telah melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah untuk mengecek ketersedian stok gula di wilayah masing-masing.

Sumber: Harian Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Ekonomi

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar