Turunnya permintaan minyak sawit global membuat kinerja Ekspor CPO di awal tahun kurang menggembirakan
JAKARTA. Kinerja ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di awal tahun 2018 kurang menggembirakan. Menurut catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) ada penurunan volume ekspor CPO di sejumlah negara, terutama China dan negara-negara anggota Uni Eropa.
Pelemahan permintaan CPO secara global iitu membuat harga CPO dunia cenderung menurun. Gapki mencatat, pada dua pekan pertama Januari 2018, harga minyak sawit meningkat di kisaran US$ 675-US$ 697,5 per metrik ton. Namun di pekan ketiga dan keempat, harga CPO cenderung menurun hingga menyentuh US$ 652,5 per MT.
Penurunan harga CPO diperkirakan masih akan terjadi tahun ini. Menurut data Blomberg Senin (13/3), harga CPO pengiriman Mei 2018 berada pada kisaran US$ 609,81 per metrik ton.
Akibatnya penurunan harga CPO, Gapki mencatat volume ekspor CPO dan turunanya (tidak termasuk biodiesel dan oleochemical) hanya sebesar 2,74 juta ton. Kenaikan ekpor CPO periode Januari 2018 hanya tipis karena permintaan CPO dari China melemah signifikan.
Jika pada Desember 2017, ekspor CPO ke China mencapai 362.500 ton, turun 15% menjadi 307.490 ton pada Januari 2018. “Turunnya permintaan minyak sawit oleh China disebabkan persediaan minyak sawit oleh China disebabkan persedian mintak kedelai yang melimpah. Pembelian kedelai melimpah karena besarnya konsumsi soymeal untuk peternakan di China,” ujar Sekjen Gapki Togar Sitanggang, Senin (12/3).
Penurunan permintaan minyak sawit Indonsia juga diikutin Uni Eropa sebesar 8% atau dari 437.940 ton di Desember 2017 menjadi 404.220 ton di Januari 2018. Negara-negara Timur Tengah pun membukukan penurunan permintaan 31% dan penurunan ekspor CPO ke Afrika mencapai 10%. Sedangkan ekspor CPO ke India naik tipis 1%, dari 593.250 ton di Desember 2017 menjadi 598.350 ton.
Industri waspada
Kondisi ini sudah disadari pelaku usaha sawit dalam negeri. Mereka mengaku sudah mengatur strategi bisnis agar penurunan harga dan permintaan tak menggerus pendapatan perusahaan. “Salah satu faktor yang digunakan sebagai dasar perhitungan pendapatan adalah penurunan harga CPO,” ujar Head of Corporate Secretary PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk Swasti Kartikaningtyas ke KONTAN Selasa, (13/3).
Namun begitu pelemahan harga dan permintaan CPO saat ini belum akan mengubah rencana emiten berkode SSMS ini pada 2018. Perusahaan tetap yakin target kenaikan pendapatan sebesar 15% pada 2018 bakal tercapai. Apalagi pada tahun 2017 penjualan SSMS melampaui target. Pendapatan SSMS hingga September 2017 naik 120,3% dar tahun sebelumnya menjadi Rp 631,5 miliar.
Dengan kondisi seperti sekarang ini, Swasti bilanh, SSMS belum bisa oprimis target yang ditetapkan akan terlampau. “Kami tidak berharap berlebih untuk bisa melampaui target,” terang Swasti. Untuk mengejar target, tahun ini SSMS akan tetap mengandalkan pasar ekspor CPO meski pasar domestik juga menjadi tumpuan.
Direktur dan Investor Relation PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Andi W Setianto menyebut harga CPO domestik akan mengikuti harga CPO global. Bila harga di pasar global turun, maka harga domestik juga ikut menyusut. Namun, UNSP optimis masih dapat meningkatkan pendapatan dengan meningkatkan produktivitas.
“Semakin tinggi produktivitas maka biaya produksi Tandan Buah Segar (TBS) dan CPO akan semakin rendah sehingga lebih efisien bagi perusahaan,” terang Andi.
Sumber: Harian Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Ekonomi
Tinggalkan Balasan