
Banyak kontraktor kontruksi skala kecil mengimpor alat bekas, karena harga lebih murah
JAKARTA. Kinerja penjualan industri alat berat belum berhasil keluar dari tekanan. Sampai kuartal III-2016, pendapatan dua emiten alat berat seperti PT United Tractor Tbk dan juga PT Hexindo Adiperkasa Tbk masih melemah ketimbang periode yang sama tahun 2015 lalu.
Padahal, banyak proyeksi penjualan alat berat tahun 2016 lebih menggembirakan ketimbang 2015. Namun apa daya, kenaikan permintaan alat berat belum tergambar dari kinerja dua distributor alat berat yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Banyak pihak menilai, penurunan penjualan alat berat karena bisnis tambang dan perkebunan lesu, Jamaluddin Ketua Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi), menilai, keputusan pemerintah membuka impor alat berat bekas awal tahun 2016 juga menahan laju penjualat alat berat dalam negeri.
Jamaluddin bilang, telah memberikan masukan ke pemerintah agar impor alat berat bekas diperbaiki. Adapun aturan impor alat berat bekas diperbaiki. Adapun aturan impor alat berat bekas diatur Peraturan Menteri Perindustrian No 14/2016 tentang teknis impor barang modal dalam keadaan tidak baru. “Impor banyak, pasti merugikan,” kata Jamaluddin, kepala KONTAN, Rabu (9/11).
Dukungan revisi impor alat berat bekas juga datang dari Benny Kurniajaya, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Rekondisi Alat Berat dan Truk Indonesia (Aparati). “Aturan itu harus direvisi, keran impor harus dikecilkan,” kata Benny.
Bagi Benny, beberapa alat berat seperti concrete pump, truck mixer, dan excavator, dump truck, cargo truck tak perlu impor bekas lagi, karena srudah bisa diproduksi di Indonesia. “Impor mesti perkatat, agar ada yang mau investasi” kata Benny.
Harga bekas nan murah
Perlu diketahui, Hinabi sejatinya menargetkan produksi alat berat tahun ini sebanyak 4.000 unit. Namun sampai kuartal III-2016 baru tercapai 2.527 unit. Jamaluddin berharap, kenaikan harga komoditas tambang dan perkebunan bisa menggenjot lagi permintaan. “Semoga membantu penjualan,” kata Jamaluddin.
Terkait impor alat berat bekas Loudy Irwanto Ellias, Direktur Marketing PT United Tractors Tbk, bilang, tak sampai berdampak signifikan ke kinerja penjualan. “Sedikit terganggu memang, tapi tak bisa dihindari,” kata Loudy kepada KONTAN.
Menurut Loudy, pihaknya tak terpengaruh karena pelanggan Unit Tractors adalah korporasi besar. Adapun pengimpor alat berat bekas adalah kontraktor kecil dalam waktu singkat. “Yang beli alat berat bekas adalah perusahaan kecil, pemain ritel. Kontraktor besar berpikir keras pakai alat bekas,” katanya. Kontraktor kecil memilih impor alat bekas karena harganya lebih murah antara 40%-50%.
Sumber: Harian Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar