Daya Beli Masyarakat Menengah Bawah Melemah

Ekonom Indef Bima Yudisthira mengungkapkan, faktor utama stagnasi angka rasio Gini ada pada upaya penurunan angka kemiskinan yang belum maksimal.

Pada Maret 2017, jumlah penduduk miskin bertambah 6.900 orang. Faktor berikutnya adalah soal pelemahan daya beli yang dirasakan masyarakat menengah bawah.

“Itu disebabkan penyesuaian tarif listrik 900 VA sejak awal 2017. Kemudian inflasi dari komponen listrik memukul daya beli. Di satu sisi, pada awal 2017 pendistribusian beras sejahtera (rastra) mengalami hambatan sehingga konsumsi masyarakat miskin rendah,” ucap Bima.

Pengamat ekonomi Eko Listiyanto mengatakan, naiknya indeks kedalaman kemiskinan pada Maret menjadi 1,83 dibanding September 2016 sebesar 1,74 dan naiknya indeks keparahan kemiskinan dari 0,44 menjadi 0,48 pada periode sama menunjukkan tingkat kemiskinan di Indonesia semakin parah pada periode September 2016-Maret 2017.

“Kenaikan kedua indeks tersebut menggambarkan bahwa kondisi kemiskinan di Indonesia semakin parah karena di antara masyarakat miskin makin bervariasi atau makin lebar ketimpangannya,” tegas Eko.

Menurut Eko, kondisi tersebut harus menjadi cambuk bagi pemerintah untuk mengevaluasi belanja sosial dan program pengentasan kemiskinan yang sampai menimbulkan terjadinya realoksasi subsidi. Seharusnya, ketika anggaran meningkat, tingkat atau persentase kemiskinan bakal turun signifikan.

“Kalau anggaran sudah dinaikkan tapi persentase penurunannya tipis, apalagi indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan meningkat, berarti strategi pemberian bantuan belum tepat. Cash transfer belum mampu membuat masyarakat keluar dari problem kemiskinan. Nyatanya saat ini bantuan ibarat langsung memberi pakan ke ikan, tanpa ada program pendampingan,” papar dia.

Sumber: beritasatu.com

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Ekonomi

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar