Bisnis Ritel Lesu, Kredit Bank Loyo

JAKARTA. Sejumlah bank swasta masih kesulitan menggenjot penyaluran kredit. Sepanjang semester I 2017, sejumlah bank swasta membukukan pertumbuhan kredit hanya satu digit.

Sebut saja Bank Pan Indonesia (Panin) yang mencatat kan penyaluran kredit Rp 138,1 triliun atau tumbuh 3,2% dari periode sama tahun 2016. Pun halnya dengan Bank Danamon. Kredit bank ini relatif stagnan yakni tumbuh 0,78% menjadi Rp 128,34%. pada semester I 2017.

Meski demikian, sejumlah bank swasta lain mencetak pertumbuhan kredit di level dobel digit. Misalnya Bank OCBC NISP dan Bank Central Asia (BCA) .

Hal ini berbeda halnya dengan kinerja bank BUMN yang semuanya mencetak pertumbuhan kredit dua digit. Misalnya pertumbuhan kredit Bank Mandiri sebanyak 11,6% dan Bank Tabungan Negara  yang membukukan kenaikan kredit hingga 18,8%.

Aslan Lubis, Analis Eksekutif Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, pertumbuhan kredit BUMN memang lebih tinggi dari swasta. “Kredit BUMN sangat dibantu oleh korporasi infrastruktur. Sedangkan bank swasta lebih bermain di ritel,” ujar Aslan kepada KONTAN, Kamis (27/7).

Direktur Utama Bank Ina Perdana Tbk Edy Kuntardjo menyebutkan, kondisi ekonomi dan sektor riil yang belum bergairah menyebabkan permintaan kredit di bank swasta masih lemah. Alhasil, kredit ritel kini sedang tertekan akibat penurunan daya beli.

Presiden Direktur OCBC NISP, Parwati Surjaudaja mengatakan, bank BUMN jelas mampu tumbuh lebih cepat, karena tingkat partisipasi yang tinggi dalam proyek infrastruktur pemerintah. Toh, Parwati optimistis, meski ekonomi lesu, OCBC NISP bisa mencatatkan pertumbuhan kredit 10%-15% hingga akhir tahun nanti.

Glen Glenardi, Direktur Utama Bank Bukopin, mengungkapkan pertumbuhan kredit pada paruh pertama tahun ini belum kencang. “Hal ini karena ada beberapa pelunasan debitur komersial atau korporasi,” ujar Glen kepada KONTAN, kemarin.

Haryono Tjahjarijadi, Direktur Utama Bank Mayapada menambahkan, permintaan kredit bank swasta masih rendah karena masih lesunya bisnis perdagangan dan ritel. “Secara umum kondisi makro dalam keadaan baik, tapi mikronya belum berjalan sesuai harapan,” ujar Haryono.

Sumber : Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Ekonomi

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar