Berpacu Menghindari Middle Income Trap

Jakarta. Perekonomian negara-negara Asia Tenggara telah berkembang pesat sejak tahun 2000. Beberapa negara, seperti Thailand, Filipina dan Indonesia telah mencapai status pendapatan menengah dan sekarang dikenal sebagai negara-negara berkembang.

Sayangnya, negara-negara berkembang ini mungkin akan menghadapi ancaman middle income trap, yaitu kondisi terjebak pada posisi saat ini dan tak bisa melompat menjadi negara maju baru.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Anto Gunawan menilai, dengan hitung-hitungan kasar, pertumbuhan dari pendapatan nominal di Indonesia harus mencapai 8% hingga 9% pertahun agar pendapatan perkapita tumbuh dua kali lipat di delapan tahun mendatang.

Pendapatan perkapita Indonesia sendiri saat ini adalah sekitar US$ 3.500 per tahun atau sekitar Ro 46 juta per tahun. Angka ini masih masuk dalam katagori negara middle income atau kelas menengah.

“Dari US$ 3.500 per tahun sekarang, dalam waktu delapan tahun ke depan dobel jadi US$ 7.000. Lalu dalam waktu delapan tahun lagi (naik lagi), masih bisa lewat sebenarnya,” katanya, Senin (14/8).

Meski demikian, mencapai angka tersebut bukan hal yang mudah karena pemerintah harus mendorong pertumbuhan konsumsi dan pertumbuhan investasi, “Terutama peran dari swasta, ini yang perlu di dorong lebih maksimal lagi ke depan,” ucapnya.

Menurut Anton, konsumsi sendiri tidak bisa dilepaskan dari pemerintah yang bisa menggerakkan pengeluaran kelompok bawah dan menengah bawah. Sementara untuk kelas menengah atas, harus dijaga agar tetap nyaman pada konsumsinya saat ini.

Anton melanjutkan, kondisi middle income trap bisa terjadi apabila pemerintah tidak mempersiapkan shifting atau peralihan saat harga komoditas sedang naik. Pasalnya, harga komoditas sendiri terus bergerak sehingga risikonya para perekonomian Indonesia selalu besar.

Menurutnya, selama ini ketika harga komoditas melonjak, pemerintah tidak mempersiapkan shifting untuk menghadapi saat harga komoditas turun. Akibatnya ketika turun, dampaknya merembet ke sektor lainnya.

Anton mencontohkan, misalnya sektor pertambangan. Bila diterpa penurunan harga komoditas, maka sektor turunannya juga akan terkena, seperti usaha jasa pertambangan, penjualan alat berat, dan lainnya.

“Kalau pertumbuhan (sektor)nya kena, jadi ada efek berantai. Ketika kredit macet sektor pertambangan meningkat, biasanya sektor turunannya bakal mengikuti karena tak siap dengan perubahan harga,” ucapnya.

Bank Indonesia (BI) menyebut Indonesia harus memiliki pendapatan per kapita sebesar US$ 13.000 pada tahun 2030 mendatang.

Apabila target ini tak mampu dipenuhi, maka Indonesia berpotensi terjebak di dalam negara-negara middle income trap. Hal ini harus bisa diantisipasi sejak dini mengingat waktu tersebut masih panjang dan bisa disiapkan.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan, untuk keluar dari jebakan kelas menengah tersebut, hal yang dibutuhkan salah satunya adalah rata-rata pertumbuhan di atas 7% tiap tahunya.

Peran swasta harus didorong lebih maksimal ke depan,” ujar

Kalau saat ini pertumbuhan ekonomi masih 5%, maka butuh waktu yang lama untuk jadi negara maju dan potensi terkena middle income trap cukup besar.

Menurutnya, Indonesia bisa belajar banyak dari Korea Selatanuntuk mencari kunci keluar dari jebakan kelas menengah. Menurutnya, negeri gingseng tersebut mampu membangkitkan sektor industri manufaktur sebagai tumpuan pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya.

Bhima bilanh peralihan baru terjadi setelah Korea Selatan berubah menjadi negara maju, karena mereka menggeser sektor manufaktur menjadi sektor jasa sebagai motor pertumbuhan ekonomi.

Sementara Indonesia, menurut Bhima, sekarang mengalami great leap atau lompatan jauh yang terburu-buru dari manufaktur ke jasa yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi selain angkanya rendah, kualitasnya juga ikut rendah.

Selain menggenjot sektor manufaktur, hal lain yang bisa dijadikan pegangan Indonesia agar tak terjebak pada middle income trap adalah meningkatkan inovasi.

Inovasi ini penting agar bisa memberikan nilai tambah yang diperoleh dari proses produksi negara berkembang lebih besar. Hal ini bisa meningkatkan pendapatan per kapita yang signifikan.

Sumber: Harian Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Ekonomi

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar