Laporan Kondisi Startup Indonesia Q2 2017

Pada kuartal kedua tahun 2017, ekosistem startup tanah air mengalami beberapa kejadian kurang menyenangkan. Mulai dari beberapa startup yang memutuskan untuk menutup layanan atau mengubah model bisnis, hingga penurunan jumlah startup yang mendapat pendanaan dibandingkan tahun 2016 lalu.

Di sisi lain, kondisi startup Indonesia juga diwarnai dengan beberapa hal menjanjikan. Beberapa startup potensial berhasil mendapatkan pendanaan lanjutan, sedangkan startup besar seperti GO-JEK dan Tokopedia dikabarkan telah mendapat pendanaan dengan jumlah fantastis dari para investor.

Bagaimana sebenarnya kondisi startup Indonesia di kuartal kedua tahun 2017? Tech in Asia Indonesia telah merangkumnya untuk kamu.

Jumlah startup baru menurun

Bila dibandingkan dengan tahun 2016 yang lalu, data Tech in Asia menunjukkan bahwa hingga pertengahan tahun 2017 terjadi penurunan jumlah startup baru yang mendapat pendanaan tahap awal (seed funding). Hal ini pun diakui oleh Willson Cuaca, Managing Partner East Ventures, yang menyatakan kalau jumlah startup baru di Indonesia mengalami penurunan 23 persen dibanding tahun 2016.

Menurut Willson, puncak seed funding telah terjadi pada tahun 2015 lalu, ketika banyak modal ventura (VC) baru dan keluarga-keluarga kaya mulai memberikan investasi kepada para startup.

“Biasanya startup dengan pendanaan tahap awal akan mempunyai waktu (runway) selama dua tahun. Itulah mengapa tahun 2017 ini akan menarik, karena kita bisa melihat bagaimana performa para startup baru tersebut. Saya memperkirakan akan banyak startup baru yang tutup (di tahun ini),” tutur Willson kepada Tech in Asia Indonesia.

Menurut Willson, tahun 2017 pun bisa menjadi waktu pembuktian bagi para VC apakah mereka mampu membantu para startup portofolio mereka untuk mendapat pendanaan lanjutan atau tidak.

Kevin Darmawan, Managing Partner dari Coffee Ventures, juga menyebutkan kalau jumlah startup baru yang muncul di Indonesia relatif menurun pada tahun 2017. Namun ia lebih menyoroti perubahan yang terjadi pada pola pikir para founder.

“Banyak founder startup yang seperti terbawa arus atau hype, sehingga melakukan perhitungan bisnis dan menentukan valuasi secara berlebihan,” ujar Kevin.

Akan ada lebih banyak startup yang tutup

Dari sisi vertikal, data Tech in Asia menunjukkan bisnis e-commerce dan fintech terus mendominasi kondisi startup Indonesia. Hal ini serupa dengan data yang muncul di kuartal pertama tahun 2017. Pertanyaannya, sampai kapan tren ini akan berlangsung?

Menurut Willson, fintech akan tetap berkembang karena masih banyak masalah keuangan di Indonesia yang belum terselesaikan. Sedangkan untuk e-commerce, peta persaingan dan siapa yang akan memenangkan kompetisi sudah mulai terlihat jelas. “Saya memperkirakan akan ada lebih banyak pemain (e-commerce) kelas menengah yang tutup,” ujar Willson.

Kevin pun setuju kalau dunia fintech masih akan terus berkembang, setidaknya sampai dua tahun ke depan. Pasalnya, traksi para startup yang ada saat ini pun masih sangat kecil bila dibandingkan potensi pasar yang bisa mereka dapatkan.

“Yang harus diperhatikan, perkembangan e-commerce dan fintech ini akan mempunyai efek positif terhadap sektor bisnis lain. Contohnya, apabila sudah banyak orang yang menggunakan aplikasi mobile untuk melakukan pembayaran, mereka tentu akan lebih mudah melakukan transaksi di layanan lain seperti di bidang lifestyle,” jelas Kevin.

Hindari mengikuti bisnis startup raksasa

Kevin juga menyoroti banyaknya startup Indonesia yang cenderung hanya meniru bisnis startup besar seperti GO-JEK, Tokopedia, hingga Traveloka. Menurutnya, startup seperti itu tidak akan bisa bersaing dengan para raksasa tersebut, kecuali apabila mereka bisa menghadirkan keunikan tersendiri.

“Bila kamu tidak bisa menghadirkan sesuatu yang benar-benar baru, maka cobalah membuat layanan yang serupa, namun dengan nilai tambah yang berbeda. Selain bisa menggaet pasar berbeda, startup yang kamu buat pun jadi punya potensi untuk diakuisisi oleh para startup besar itu,” tutur Kevin.

Willson mengungkapkan hal yang senada. Menurutnya, akan sulit bagi startup baru untuk tetap bertahan apabila mereka tidak mempunyai keunggulan yang cukup kuat. Pasalnya, para startup besar yang ada saat ini bisa dengan mudah mengalokasikan sumber daya mereka untuk menyerang para startup yang lebih muda.

Meski begitu, Willson menyatakan kalau modal ventura yang ia kelola akan tetap memberikan investasi kepada startup baru yang berusaha menantang industri besar (incumbent). “Kami akan mengikuti tren. Bila tren sedang menurun, maka kami juga akan menahan diri. Namun bila tren sedang cepat, maka kami akan melaju lebih cepat,” jelas Willson.

Sumber : techinasia.com

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Ekonomi

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar