Pertumbuhan ekonomi tahun depan diprediksi mencapai angka 5,3%. Perkiraan ini, lebih rendah daripada target pemerintah sebesar 5,4%.
“Menurut saya 5,2% tahun ini mungkin akan meleset. Tapi tahun depan akan ada kemungkinan naik ke 5,3%,” ungkap Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gajah Mada Tony Prasetiantono di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/11/2017).
Menurut Tony, pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh perbaikan harga komoditas, terutama harga minyak dunia yang mulai kembali kepada harga normal pasca kejatuhan tajam. Membaiknya harga minyak dunia, diyakini Tony, akan mengerek perbaikan harga unit komoditas lain.
“Driver-nya tentunya adalah harga komoditas itu sekarang membaik, harga minya USD53- USD55 per barel. Itu lebih baik dari tahun lalu yang hanya sekitar USD40. Itu positif dan menginspirasi harga komoditas lain yang meningkat,” jelasnya.
Tony melanjutkan, perbaikan harga komoditas akan meningkatkan ekspor. Dia memperkirakan ekspor Indonesia akan mengalami surplus USD12 miliar hingga akhir tahun. Dengan adanya surplus ekspor, maka akan menggerakkan pemodal asing untuk mengalirkan modal ke pasar Indonesia. Apalagi, kata Tony, pasar modal Indonesia dengan pertumbuhan yang cukup pesat menarik investor asing untuk menanamkan modalnya.
Kendati demikian, perekonomian mendapatkan tantangan dari kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (the Fed). Amerika Serikat akan menaikan suku bunga sehingga dikhawatirkan dana asing luar negeri akan masuk ke perbankan Amerika, sehingga jumlah uang beredar di dunia akan berkurang. Apalagi, Presiden Donald Trump mengusung nama Jerome Powell untuk memimpin the Fed, di mana Powell cenderung memiliki kebijakan untuk menaikan suku bunga.
“Kalau berkurang (uang beredar di dunia) hasrat likuiditas membeli saham, di berbagai negara, termasuk Indonesia, akan berkurang juga,” jelas Tony.
“2018 (pertumbuhan ekonomi) akan naik, tapi dengan kecepatan yang masih rendah. Belum cukup confident, untuk mendorong ke 5,8%- 6%. kenaikan inflasi adalah insentif bagi perekonomian. Kalau rendah mencerminkan lesunya,” tutup dia
Sumber : okezone.com
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Ekonomi

Tinggalkan komentar