JAKARTA. Ekonomi Indonesia sepanjang tiga bulan pertama tahun ini bakal tumbuh flat dibanding periode sama tahun lalu sebesar 5,01%. Target pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 versi pemerintah sebesar 5,2% kemungkinan gagal tercapai. Beberapa mesin pertumbuhan belum juga bekerja optimal.
Meski sebenarnya, selama JanuariMaret kemarin ada banyak pencapaian positif. Penerimaan pajak hingga kinerja ekspor nonmigas mencatatkan pertumbuhan.
Penerimaan pajak pada kuartal I 2018 tumbuh 16,21% dibandingkan dengan periode yang sama 2017. Dari sisi sektor usaha, penerimaan pajak juga menunjukkan pertumbuhan dobel digit, terutama bidang pengolahan dan perdagangan masing-masing sebesar 16,72% dan 28,64%.
Begitu pula kinerja ekspor. Secara kumulatif, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor Indonesia pada JanuariMaret 2018 mencapai US$ 44,27 miliar atau meningkat 8,78% ketimbang periode yang sama 2017. Dari jumlah itu, nilai ekspor nonmigas negara kita sebanyak US$ 40,21 miliar atawa naik 9,53%.
Perhitungan Bank Indonesia (BI), pertumbuhan ekonomi negara kita di kuartal I 2018 sebesar 5,11%. Ekspor dan investasi jadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Sedangkan kelompok pengeluaran rumahtangga masih tumbuh di bawah rata-rata.
Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Aset Manajemen, menghitung, ekonomi kita selama kuartal I 2018 bakal tumbuh 5,06% sampai 5,09%. Konsumsi rumahtangga masih tumbuh lambat, sehingga pertumbuhan ekonomi susah melewati 5,1%. “Konsumsi rumahtangga sumbangannya 56% ke PDB di mana 60% masih dari ritel,” katanya kepada Kontan.co.id, Ahad (29/4).
Kalau melihat penjualan ritel di kuartal satu tahun ini, Lana bilang, tidak lebih baik dari tahun lalu. Ada perlambatan sektor ritel konvensional. “Bisa dilihat, data emiten yang terkait consumer goods pada kuartal I 2018 tidak sebaik 2017,” ujar Lana.
Sementara pertumbuhan penerimaan pajak, Lana menganalisis, belum mencerminkan peningkatan aktivitas ekonomi. Pertumbuhan penerimaan pajak ialah imbas peningkatan kepatuhan setelah Program Pengampunan Pajak (Tax Amnesty). “Tak selalu mencerminkan bisnisnya membaik,” ucap dia.
Memang, penyerapan anggaran belanja pemerintah meningkat. Tapi, itu tak berefek signifikan bagi perekonomian nasional. Kontribusi belanja pemerintah hanya 8% terhadap PDB. “Ekspor juga naik tetapi impor tumbuh positif, sehingga menggerus net ekspor,” terang Lana.
Center of Reform on Economics (Core) Indonesia juga memprediksikan, pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal pertama 2018 tertahan di level 5%. Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, ekonomi dalam negeri berjalan stagnan lantaran konsumsi rumahtangga yang belum pulih betul.
Salah satu indikatornya: pertumbuhan penjualan ritel selama Januari hingga Februari 2018 yang justru minus 0,38%. Sedangkan pada periode yang sama 2017 masih tumbuh sebesar 5,03%.
Kelompok menengah atas pun cenderung masih menahan belanja. Indikator penjualan kendaraan bermotor memperlihatkan, penjualan mobil justru melemah, dari tumbuh 6,15% pada kuartal I 2017 menjadi hanya tumbuh 2,88% di kuartal I 2018.
Berharap bulan puasa
Senada, meski tak menyebutkan angka, Aldian Taloputra, Kepala Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal I2018 bakal relatif flat dibanding triwulan sebelumnya. Laju ekonomi baru akan meningkat signifikan mulai kuartal II 2018, seiring pertambahan daya beli konsumen di bulan puasa dan Lebaran.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution juga sempat menyebutkan, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 berpotensi lebih rendah dibanding periode yang sama 2017 lalu. “Mungkin pertumbuhan kuartal satu tahun ini tidak bisa lebih tinggi dari tahun lalu. Namun, kami enggak berharap begitu. Saya cuma bilang, mungkin enggak lebih tinggi dari tahun lalu,” kata Darmin.
Beda dengan yang lain, Enrico Tanuwidjaja, Head of Economics & Research Finance and Corporate Service UOB Indonesia, lebih optimistis. Dia memprediksikan, pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal I 2018 mencapai 5,2%. Itu sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia yang masih kuat dari sisi investasi dan pembangunan.
Bahkan, fundamental yang kuat itu akan bertahan hingga kuartal II 2018. Proyeksi Enrico, selama periode AprilJuni 2018, ekonomi bisa tumbuh lebih tinggi lagi yakni 5,3%. Momentum bulan puasa, Lebaran, dan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak adalah pendorongnya. “Pada periode itu, konsumsi masyarakat akan meningkat cukup tinggi,” jelas Enrico.
Sepanjang 2018, Enrico pun yakin, ekonomi dalam negeri bisa tumbuh di kisaran 5,3%. Kekuatan fundamental ekonomi Indonesia didukung oleh konsumsi swasta, pertumbuhan belanja investasi, serta peningkatkan kinerja ekspor yang berkelanjutan.
Sumber: Harian Kontan
Kategori:Pemeriksaan Pajak
Tinggalkan Balasan