Pasar Surat Utang Negara (SUN) berdenominasi valuta asing (valas) sangat dipengaruhi oleh kombinasi sentimen eksternal seperti Brexit dan dari internal yaitu kebijakan pengampunan pajak.
JAKARTA- Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Wahyu Trenggono di Jakarta, Kamis (14/7) mengatakan pasar SUN sepekan ini sangat bergairah karena pengaruh sentimen kebijakan tax amnesty yang akan berlaku efektif pekan depan.
Perkiraan masuknya dana yang parkir di luar (repatriasi) ratusan triliun rupiah yang bakal diinvestasikan di instrumen keuangan mendorong investor melakukan pembelian lebih awal dengan harapan setelah dana masuk, harga akan terus terkerek naik, sehingga memberi marjin.
“Kalau dilihat dari sentimen Brexit dampaknya tidak terlalu banyak terhadap SUN. Sedangkan sentimen tax amnesty cukup banyak pengaruhnya. Apalagi setelah libur lebaran kebijakan tax amnesty yang ditetapkan, mengakibatkan penguatan terhadap pasar SUN baik yang berdenominasi dollar AS maupun rupiah,” kata Wahyu.
Terutama untuk yang berdenominasi dollar AS setelah libur lebaran sempat terjadi kenaikan harga hampir 400 bps atau sebesar 4 persen. “Kenaikannya cukup tinggi terutama untuk SUN berdenominasi dollar AS dalam tenor-tenor panjang,” ungkapnya kepada Koran Jakarta, Kamis (14/7).
Angka tersebut bukanlah angka kecil dan terbilang luar biasa. Dijelaskan Wahyu, angka 400 bps menunjukkan kebijakan tax amnesty, disambut baik oleh investor domestik maupun internasional. Sedangkan dampak dari Brexit malah meningkatkan yield, untuk obligasi negara manapun termasuk Indonesia.
Oleh karenanya, kalau melihat efek setelah Brexit tidak terlalu banyak pengaruhnya, bahkan pasar SUN sudah kembali normal dua hari setelah Brexit. “Pasca pengesahan UU tax amnesty, kita mencatat terjadi penurunan yield. Jadi kalau kita melihat dampak dari Brexit itu sudah selesai dan kemudian dilanjutkan dampak dari tax amnesty,” jelasnya.
Bahkan berita yang menarik datang dari Amerika Serikat yakni adanya beberapa indikator yang menunjukkan perbaikan ekonomi tidak terlalu menarik perhatian investor. Biasanya kalau ada pemberitaan dari Amerika yang menarik, investor akan mempertimbangkannya untuk menarik dananya kembali ke Amerika.
Dari situ pemerintah akan meningkatkan yield untuk mempertahankan dana yang ada tidak keluar. “Tapi yang terjadi justru sebaliknya yield turun dan terjadi kenaikan harga,” katanya.
Dinamika Pasar
Terkait dengan kenaikan imbal hasil dan penurunan harga yang dialami beberapa seri SUN denominasi mata uang asing, menurut Wahyu sangat ditentukan oleh dinamika pasar.
Bagaimanapun, menurutnya jangan dilihat pergerakan per seri, tapi yang dilihat pergerakan dari seluruh tenor, karena kalau dilihat pergerakan per seri terkadang ada sentimen-sentimen yang bukan bermuara pada kondisi makro ekonomi atau datadata secara umum.
Terkadang pada saat perdagangan ada orang kurang mendapatkan informasi. Atau ada pihak yang punya tujuan tertentu karena pasar fix income ini Over The Counter (OTR). “Jadi kita tidak boleh melihat pasar fix income dari pergerakan satu seri saja tapi kita harus bisa menyimpulkan pergerakan pasar dari keseluruhan pola umum pergerakan seri yang ada,” tambahnya.
Analis obligasi MNC Securities, I Made Adi Saputra mengatakan, dari perdagangan SUN berdenominasi mata uang asing, pergerakan imbal hasil yang terjadi cukup bervariasi. Sebagian seri masih mengalami penurunan imbal hasil, sementara itu seri lainnya telah mengalami kenaikan imbal hasil akibat adanya koreksi harga di pasar sekunder.
Imbal hasil dari INDO-20 dan INDO-26 mengalami kenaikan masing-masing sebesar 2 bps dan 1 bps di level 2,44 persen dan 3,38 persen. Adapun imbal hasil dari INDO-46 masih terlihat mengalami penurunan sebesar 1 bps, didorong oleh kenaikan harga yang sebesar 22 bps.
Sumber: http://www.pengampunanpajak.com
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Pengampunan pajak
Tinggalkan komentar