
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengklaim perekonomian Indonesia akan menunjukkan tren semakin baik di 2018. Investor pun diminta tidak ragu menanamkan investasinya di dalam negeri. Semoga ekonomi kita tahun depan bisa meroket ya.
Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai dengan kuartal III-2017 naik ke level 5,06 persen dari sebelumnya 5,01 persen. Tidak hanya itu, untuk pertama kalinya pertumbuhan investasi juga meningkat di atas 7 persen.
Hal itu diungkapkan Menkeu di acara Investor Gathering 2017 yang dihelat Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Jakarta, kemarin.
Menurut bekas Direktur Bank Dunia itu, ekonomi global ke depan semakin baik dan berpengaruh ke ekonomi Indonesia. Investasi maupun ekspor juga meningkat cukup tajam. Momentum ini harus terus dijaga karena untuk pertama kalinya ekspor double digit.
“Iklim perekonomian Indonesia tahun depan bakal semakin baik untuk para investor menanamkan modalnya di Indonesia,” ujarnya.
Agar investor semakin yakin berinvestasi di Indonesia, sentimen positif tahun ini akan terus dipertahankan pada tahun depan. Pembangunan infrastruktur pun akan terus dilakukan.
“Momentum investasi dan ekspor kita jaga. Sentimen positif juga harus dijaga dengan Inflasi rendah, suku bunga turun,” katanya.
Menurut dia, peningkatan iklim investasi pada tahun depan bisa dilihat dari beberapa indikator. Misalnya impor bahan baku pendukung yang naik 15 persen dan meningkatnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (Pph).
Sampai tutup tahun nanti, Sri Mulyani berharap, pertumbuhan ekonomi tahun ini menyentuh angka 5,2 persen. Untuk mencapai itu, dibutuhkan peran dari seluruh stakeholder bukan hanya dari pemerintah, melainkan juga peran para investor.
“Meski begitu, untuk mencapai asumsi pertumbuhan ekonomi 5,2 persen di 2017 tidak mudah lantaran masih adanya bayangan risiko dari global. Seperti perubahan arah perekonomian China, hingga kebijakan proteksionisme, reformasi perpajakan yang dilakukan Amerika Serikat (AS),” ujarnya.
Ia menyebut, risiko global yang masih membayangi ekonomi Indonesia juga berasal dari ekonomi negara-negara di daratan Eropa yang secara politik jauh dari stabil. Seperti halnya Jerman yang ekonominya stabil, namun sampai saat ini belum mampu membentuk pemerintahan yang baru pasca pemilu, serta Brexit (British Exit, cabutnya Inggris dari Uni Eropa) yang sudah terjadi.
“Maka mungkin dalam kami mengelola ekonomi ke depan, jadi kita lihat arah kebijakan di AS, Eropa, dan China. Kemenkeu (Kementerian Keuangan) juga akan perbaiki sistem informasi dan data dengan format konsolidasi,” tegasnya.
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan, 2018 yang juga merupakan tahun politik, harus dijadikan momentum untuk memacu pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
“Pemerintah harus bisa memanfaatkan tahun depan untuk menggaet investor di berbagai sektor. Harus diakui, ekonomi kita belum tumbuh sesuai potensinya, sementara kompetisi semakin sengit,” kata Enny.
Agar investor tidak khawatir dalam berinvestasi, saran Enny, seluruh pemangku kepentingan mesti semakin berhati-hati dalam membuat kebijakan ekonomi. Sebab, untuk menggaet investor dan menggenjot pertumbuhan ekonomi, tentu harus didukung oleh kebijakan yang memudahkan investor dalam berusaha.
“Semoga tahun depan ekonomi kita bisa tumbuh tinggi,” harapnya.
Sumber : rmol.co
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Ekonomi
Tinggalkan komentar