JAKARTA. Penyaluran kredit kontruksi di awal 2018 masih berjalan lambat. Ini terlihat dari data analisis uang beredar Bank Indonesia (BI) per Februari 2018.
Berdasarkan data tersebut, pertumbuhan kredit kontruksi per Februari 2018 melambat. Di Februari 2018, kredit kontruksi tercatat tumbuh 15,7% secara year on year menjadi Rp 794,8 triliun. Pertumbuhan itu menurun dibandingkan pertumbuhan kredit kontruksi di Januari 2018 yang mencapai 20,1% menjadi Rp 795,4 triliun.
Beberapa bankir mengakui kredit kontruksi diawal 2018 ini memang tidak terlalu kencang. Ini karena pengusaha terutama dari sektor swasta yang tak terlalu banyak ekspansi.
Adhi Brahmantya, Direktur Keuangan Pengembangan Bisnis & Teknologi Informasi Bank Bukopin mengatakan, Bukopin memang tidak banyak masuk ke kredit kontruksi pemerintah. “Namun untuk kontruksi KPR pertumbuhannya berkisar 5%-7%,” kata Adhi, Kamis (5/4).
Frans Alimhamzing, Direktur Bisnis Banking CIMB Niaga mengatakan, kredit industri secara keseluruhan memang melemah. “Pengusaha tidak mau ekspansi,” kata Frans.
Menurut Frans, kredit kontruksi tahun ini hanya bergantung pada proyek pemerintah. Seiring dengan lesunya kredit kontruksi, bank berusaha menurunkan NPL di sektor ini. Saat ini NPL CIMB Niaga disektor ini tidak terlalu tinggi. Secara umum kredit macet di CIMB Niaga saat ini sebesar 3,5%.
Dikdik Yustandi, SVP corporate Banking Bank Mandiri menambahkan, pertumbuhan kredit kontruksi erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur. “Beberapa proyek yang sedang berjalan tahun ini akan mendukung pertumbuhan kredit kontruksi,” kata Dikdik, Jumat (6/4).
Kredit kontruksi di awal tahun masih lambat karena proyek belum ramai.
Beberapa penyaluran kredit kontruksi Bank Mandiri di awal 2018 ini di antaranya ke proyek jalan tol Ngawi Kertosono, Jakarta Cikampek Elevated, tol Semarang-Batang.
Menurut Ryan Kiryanto, Sekretaris Perusahaan Bank Negara Indonesia (BNI), meskipun kredit kontruksi di awal tahun lesu namun pada kuartal selanjutnya akan naik. Sebab, tender dilakukan biasanya setelah kuartal I.
Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior BI Berpendapat, pada kuartal I 2018 pertumbuhan kredit kontruksi tidak tinggi. Hal ini juga disebabkan perpindahan debitur ke pembiayaan pasar modal. Untuk melihat kondisi riil ekonomi, Mirza menyarankan melihat data ekspor impor.
Sumber: Harian Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Ekonomi
Tinggalkan Balasan